Orang Tua Permisif

on Kamis, 12 Maret 2009

Pola Asuh Permisif
Diana Baumrind juga menentukan tipe pola asuh ketiga, yang dia sebut pola asuh permisif. Orangtua yang permisif tidak memberikan struktur dan batasan-batasan yang tepat bagi anak-anak mereka. Baumrind menggambarkan 2 jenis orangtua yang permisif: orangtua yang permisif-lunak dan orangtua yang lepas tangan.
Orangtua permisif-lunak bisa hangat, bersifat ngemong, dan responsif, tetapi mereka memberikan
sedikit sekali struktur dan bimbingan. Karena orangtua dengan tipe ini cenderung memercayai bahwa ekspresi bebas dari keinginan hati dan harapan sangatlah penting bagi perkembangan psikologis, mereka memberikan sedikit sekali tuntutan kepada anak-anak mereka untuk menjadi matang dan bersikap mandiri. Mereka menetapkan beberapa peraturan dan harapan. Anak berlarian di dalam rumah dan orangtua menyembunyikan ketidaksabaran, kemarahan, atau kejengkelannya. Ketika orangtua tersebut menentukan peraturan, batasan-batasannya cenderung tidak jelas dan diterapkan secara tidak konsisten.
Banyak orangtua menggunakan pendekatan permisif-lunak ini karena menimbulkan sedikit sekali penolakan. Orangtua yang tidak suka pertikaian bisa mengalah dan tidak menentukan batasan-batasan kepada anak-anak mereka karena hal itu lebih mudah dan lebih damai. Anak-anak dan orangtua kompak selama orangtua tidak menuntut atau menolak permintaan anak.
Anak-anak yang dibesarkan oleh orangtua tipe ini biasanya menjadi anak-anak yang "manja". Mereka cenderung tidak cocok dengan orang dewasa lainnya. Mereka sangat menuntut, kurang pe-de, dan kurang bisa mengendalikan diri. Mereka tidak menetapkan tujuan atau menikmati kegiatan yang mengandung tanggung jawab. Mereka bisa jadi senang dan bersikap baik selama segala sesuatu berjalan sesuai dengan keinginan mereka, tetapi mudah frustrasi jika keinginan mereka tidak terpenuhi,

Seperti Apakah Orangtua Permisif-Lunak
• Memberikan dukungan dan kasih sayang emosional secara berlimpah.
• Kurang memberikan struktur dan bimbingan.

Namun, tidak semua orangtua permisif adalah lunak. Sebagian lagi lepas tangan. Orangtua semacam ini gagal memberikan tidak saja bimbingan, tetapi juga dukungan emosional yang cukup bagi anak-anak mereka. Orangtua yang tidak peduli bisa saja memulai dengan mencintai dan tegas, tetapi dalam perjalanannya mereka menjadi kewalahan menghadapi seringnya respons negatif dari anak mereka. Mereka mencoba menghindari konflik dengan cara secara bertahap menarik diri dari kehidupan emosional anak mereka. Seakan-akan orangtua yang lepas tangan mengatakan kepada diri mereka sendiri, "Apa pun yang kulakukan, semuanya tidak berhasil. Jika aku baik pada anak ini, juga tidak akan berhasil. Jika kucoba untuk memaksa anak ini untuk mengerjakan apa yang kuinginkan, anakku menolak dan semuanya menjadi lebih buruk lagi."

Dari semua pendekatan pola asuh, tipe lepas tanganlah yang agak-nya paling banyak menimbulkan dampak negatif bagi anak-anak. Anak-anak ini sangat berisiko memiliki masalah emosi dan perilaku, kesulitan akademis, rendahnya
kepercayaan diri, dan kecanduan alkohol atau penyalahgunaan lainnya.
Sebagaimana orangtua otoriter, orangtua permisif tidak selalu melakukan tindakan yang sama. Orangtua permisif-lunak kadang-kadang memberikan semacam struktur dan bimbingan, dan orangtua permisif-lepas tangan kadang-kadang bisa memberi dukungan dan bimbingan. Namun, masalahnya adalah anak tidak mendapatkan dukungan dan bimbingan yang cukup dari orangtua yang lepas tangan atau larangan yang tegas dari orangtua bertipe permisif-lunak.

Seperti Apakah Orangtua yang Lepas Tangan
• Kurang memberi dukungan dan kasih sayang,
• Kurang memberikan bimbingan dan struktur.

Mengapa Kita Memiliki Pola Asuh Tertentu
Apa yang menentukan cara kita mengasuh? Ada banyak alasan dan alasannya pun rumit, tentu saja, tetapi ada dua faktor yang menonjol.

1 Setiap hari, ketegangan memengaruhi cara kita sebagai orangtua. Pola asuh kita yang biasa sering kali berubah ketika kita merasakan tekanan ekstra. Seorang ayah yang otoriter, misalnya, yang sedang mengerjakan proyek yang sulit mungkin tidak memiliki energi untuk memaksa anaknya mengerjakan pekerjaan rumahnya pada malam hari.

Demikian juga, seorang ayah yang permisif, setelah bekerja berat di kantor ingin mendapati rumah dalam keadaan damai sesampainya di rumah dan dengan marah memerintahkan anak-anak untuk segera tidur. Bahkan, orangtua yang bisa diandalkan kadang bersikap keras atau lunak setelah melewati hari-hari yang melelahkan. Orangtua tidak bisa selalu bersikap konsisten. Peristiwa sehari-hari dapat memengaruhi kita dengan berbagai cara.
Ahli ilmu mengasuh anak, Thomas Gordon, menegaskan bahwa ketidakkonsistenan seperti ini adalah bagian kehidupan dan dalam taraf tertentu penting untuk menerima hal ini. Kita tidak perlu menimpakan kesalahan kepada diri sendiri ketika kita mengacaukan segalanya. Sebaliknya, kita dapat memaafkan diri kita dan terus maju.
Namun, sebagian orangtua secara tidak konsisten terombang-ambing antara tipe otoriter, permisif-lunak, dan permisif-lepas tangan dengan cara yang tak bisa diperkirakan. Mereka mungkin saja menghadapi sikap anak mereka dengan cara berbeda dari waktu ke waktu. Contohnya, suatu malam ibu/ayah bisa jadi memukul ringan anaknya karena menolak membereskan barang-barang yang berantakan di mana-mana dan pada kesempatan lain, dia mengabaikan keadaan dan anak tersebut. Anak-anak dalam situasi seperti ini menjadi tegang karena mereka tidak tahu apa yang bakal terjadi.
Ketegangan lain yang normal dan sering kali destruktif muncul ketika kedua orangtua memiliki pendekatan yang berbeda. Para ayah sering kali memiliki tipe yang lebih otoriter, sementara para ibu mungkin lebih permisif, tetapi ketika perbedaan-perbedaan ini ditonjolkan, konflik tidak dapat dihindarkan. Perbedaan cara mengasuh dapat menimbulkan ketegangan dalam sebuah perkawinan dan berlanjut bahkan setelah perceraian. Dan, perbedaan ini selalu memperparah sikap anak yang sulit dikendalikan. Jika Anda dan pasangan Anda memiliki perbedaan yang jelas dalam tipe mengasuh anak, berkonsultasi dengan profesional di bidang kesehatan mental anak sangat dianjurkan. Perbedaan mencolok cara mengasuh anak sering kali sulit diselesaikan tanpa bantuan profesional, dan ketidakkonsistenan serta konflik tidak banyak membantu mengubah anak yang sulit dikendalikan.

2 Kita terpengaruh oleh cara kita dibesarkan. Para orang dewasa cenderung membesarkan anak-anak mereka dengan cara yang sama seperti mereka dibesarkan oleh orangtua mereka. Namun, kadang-kadang kita membesarkan anak dengan cara yang sama sekali berbeda dibandingkan dengan waktu kita dibesarkan. Contohnya, seorang ayah yang merasa bahwa orangtuanya terlalu ketat bisa jadi menjadi ayah yang terlalu permisif kepada anak-anak. Meskipun ayah seperti ini secara sadar memilih untuk membesarkan anak dengan cara yang berbeda dari ayahnya dahulu, ternyata ketika berada dalam keadaan tertekan, dia kembali pada pola mengasuh otoriter secara berkala. Kemudian, sang ayah merasa kacau, dan anak-anak pun menjadi bingung. Mempelajah tipe asuh yang bisa diandalkan mungkin akan sulit jika Anda dahulu dibesarkan dengan tipe permisif atau otoriter, tetapi dengan latihan dan komitmen, Anda dapat mempelajah tugas-tugas yang terasa canggung. Hal ini seperti mempelajah bagaimana mengendarai sepeda atau keterampilan kompleks lainnya. Dengan komitmen dan latihan, kita semua dapat menyelesaikan tugas-tugas berat.

Orang tua Otoriter

Pola Asuh Otoritatif
Orangtua yang bisa diandalkan menyeimbangkan kasih sayang dan dukungan emosional dengan struktur dan bimbingan dalam membesarkan anak-anak mereka. Untuk menjadi orangtua yang bisa mengasihi dan mendukung, tipe orangtua seperti ini harus memperlihatkan cinta dan kehangatan kepada anak-anak mereka. Mereka harus mendengarkan secara aktif dan penuh perhatian, serta menyediakan waktu bertemu yang positif secara rutin dengan anak-anak mereka. Orangtua dengan tipe yang bisa diandalkan membiarkan anak-anak mereka menentukan keputusan sendiri dan mendorong mereka untuk membangun kepribadian dan juga minat khas mereka sendiri daripada mencoba menempatkan anak-anak di dalam kurungan. Orangtua yang bisa diandalkan menyadari bah-wa beberapa sikap yang sulit dikendalikan pasti diimbangi dengan sikap positif. Seorang anak keras kepala yang sering membantah juga dapat menjadi anak yang gigih, fokus, dan selalu menuntaskan pekerjaan mereka. Intinya, pola asuh yang bisa diandalkan melibatkan rasa hormat kepada anak-anaknya sebagai individu-individu unik yang pantas diterima dan dicintai, bahkan ketika mereka sedang bersikap tidak normal.

Orangtua yang bisa diandalkan menyeimbangkan dukungan dengan struktur dan bimbingan. Mereka menginginkan anak-anak menerima tanggung jawab, mematuhi batasan-batasan yang masuk akal, dan bersikap baik sesuai dengan kondisi dan usia anak. Alih-alih memberlakukan hukuman untuk
meneguhkan peraturan, orangtua yang bisa diandalkan lebih menekankan pada masukan balik positif. Mereka mendorong kompromi lisan dan mereka memberikan alasan atas sikap mereka |dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan anak. Meskipun orangtua sedapat mungkin mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan anak mereka, mereka tetaplah orangtua dan mengambil keputusan akhir pada hal-hal yang bersifat penting. Namun, seiring perkembangan anak, orangtua memperbolehkan anaknya untuk membuat lebih banyak keputusan, sambil melanjutkan bimbingan pada anaknya untuk menentukan pilihan-pilihan demi kebaikan anak tersebut. Intinya, orangtua yang bisa diandalkan mem -berikan banyak (kasih sayang dan respons yang baik) dan menginginkan banyak (tanggung jawab). Orangtua yang menggunakan pendekatan ini selalu memberikan contoh yang baik tentang keseimbangan antara kasih sayang dan sikap asertif yang dibutuhkan seseorang untuk menciptakan kehidupan sosial yang sehat.

Penelitian dalam 30 tahun terakhir menunjuk-kan bahwa anak-anak dari orangtua yang bisa diandalkan cenderung memiliki kebanggaan diri yang sehat, hubungan positif dengan sebayanya, percaya diri, mandiri, dan sukses di sekolah. Anak-anak ini juga terlihat memiliki masalah emosional yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang dibesarkan dengan tipe pola asuh lain. Anak-anak tersebut dapat mengatasi stres dengan baik, berjuang mencapai tujuannya, dan menyeimbangkan pengendalian diri dengan keingintahuan dan minat dalam situasi yang beragam.?

Seperti Apakah Orangtua Yang Bisa Diandalkan
• Banyak memberikan dukungan dan kasih sayang emosional
• Banyak memberikan struktur dan dukungan yang positif

Pola Asuh Otoriter
Sementara orangtua yang bisa diandalkan berjuang untuk menyeimbangkan bimbingan dan kasih sayang, orangtua otoriter menekankan batasan dan larangan di atas respons positif. Orangtua sangat meng-hargai anak-anak yang patuh terhadap apa yang diperintahkan kepada mereka dan tidak melawan. Pembedaan "Aku adalah orangtua; kamu adalah anak" sangat jelas dan sering kali berlanjut seiring pertumbuhan anak.
Tidak seperti orangtua yang bisa diandalkan, orangtua otoriter cenderung untuk menentukan peraturan tanpa berdiskusi dengan anak-anak mereka terlebih dahulu. Mereka tidak mempertimbangkan harapan-harapan dan kehendak hati anak-anak mereka. Petunjuk atau keputusan dari orangtua dicukupkan dengan kalimat "Karena aku bilang begitu."
Orangtua otoriter menuntut keteraturan, sikap yang sesuai dengan tuntutan masyarakat dan menekankan kepatuhan pada otoritas. Mereka menggunakan hukuman sebagai penegak kedisiplinan dan dengan mudah mengumbar kemarahan serta ketidaksenangan kepada anak-anak mereka. Tentu saja orangtua otoriter tidak selalu bersikap dingin dan tidak responsif, tetapi mereka lebih banyak menuntut dan bersikap penuh amarah serta kurang bersikap positif dan mencintai anak-anak mereka.

Penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak dari orangtua otoriter bisa menjadi pemalu, penuh ketakutan, menarik diri, dan berisiko terkena depresi. Mereka bisa jadi sulit membuat keputusan untuk diri mereka sendiri karena mereka sudah biasa diperintah apa yang harus mereka kerjakan. Orangtua otoriter tidak menoleransi perbedaan pendapat, jadi anak-anak mereka cenderung sulit mandiri. Bisa jadi anak-anak tersebut di dalam hatinya marah kepada orangtuanya, tetapi banyak yang tidak mengekspresikannya secara terbuka. Mereka bisa muncul sebagai orang yang suasana hatinya sering berubah-ubah, menjengkelkan dan rewel, tetapi anak-anak tersebut umumnya terlihat bertingkah laku baik dan dapat disebut anak yang "baik", khususnya apabila berada di dekat orangtuanya.

Namun, sebagian anak yang sulit dikendalikan menolak keras tipe orangtua otoriter. Orangtua menekan anaknya dan anaknya menekan balik. Orangtua menuntut dan anak menolak. Ketika anak menolak, orang-tua malah lebih menuntut. Karena orangtua makin menekan, makin keraslah anak tersebut menolak. Siklus pertikaian ini bisa menyebabkan hukuman yang keras dan respons yang berapi-api dari anak yang secara psikologis (atau bahkan secara fisik) bisa merusak orangtua, anak mereka, dan hubungan di antara mereka.

Hukuman yang berat, khususnya bagi anak-anak usia di bawah 6 tahun, cenderung menjadikan sikap sulit dikendalikan tambah parah, bukan menurunkannya. Hal tersebut memang terbukti, jika dilakukan hukuman fisik dan hukuman lisan yang kasar seperti mencerca dan makian.

Seperti Apakah Orangtua Otoriter
• Kurang mendukung dan kurang memberi kasih
• sayang Ketat dalam memberi larangan dan batasan-batasan.

Membangun Kontrol Diri Melalui Relaksasi

on Senin, 09 Maret 2009

Pengendalian diri merupakan hal yang sulit bagi kebanyakan dari kita, setidaknya pada beberapa sisi kehidupan kita. Belajar mengendalikan sikap dapat membantu kita memengaruhi tindakan anak-anak kita. Jika para orangtua dan anak-anak lepas kendali pada waktu yang bersamaan, berhati-hatilah!
Relaksasi merupakan komponen yang fundamental dari pengendalian diri karena seseorang tidak mungkin dalam kondisi santai dan lepas kendali pada waktu yang bersamaan. Sebagai contoh, menarik napas panjang dalam-dalam sebanyak tiga kali akan sangat bermanfaat untuk mengontrol rasa marah kita. Hal ini benar jika kita mulai menarik napas dalam-dalam ketika emosi kita baru saja memanas, daripada menunggu emosi kita menjadi terlalu kuat. Karena lebih mudah memadamkan korek api daripada obor.
Kita dapat juga melatih relaksasi secara sis-tematis dan rutin. Latihan seperti itu bisa mengurangi tingkat ketegangan dan membuat kita tidak kehilangan kendali diri pada saat tertekan. Cara yang efektif khususnya untuk melakukan hal ini adalah menyediakan waktu paling tidak 10 menit setiap dua kali sehari untuk melakukan relaksasi otot. Duduklah dengan posisi yang nyaman, pejamkan mata, regangkan dan lemaskan bagian-bagian otot yang berbeda di tubuh Anda. Contohnya, Anda dapat melemaskan otot di dahi Anda selama 3 detik, kemudian secara bertahap lemaskan otot-otot tersebut. Lanjutkan dengan otot rahang, leher, bahu, lengan, tangan, badan, perut, pinggang, kaki, dan jari kaki. Dengan meregangkan kemudian melemaskan, relaksasi akan lebih terasa karena kontras yang terjadi antara peregangan dan pelemasan.

Gunakan Berbicara Positif
Cara kita berbicara kepada diri sendiri di dalam kepala kita, "bicara sendiri" kita juga dapat memengaruhi cara kita peduli kepada diri kita sendiri dan mengendalikan emosi. Sering kali pikiran kita malah menjadikan kemarahan kita tambah berkobar: "Anak itu membuatku jengkel sekali. Dia mirip sekali dengan ayahnya!" Dengan berbicara begitu kepada diri kita sendiri, kita menyeret diri sendiri untuk merasa jengkel hingga kita tetap berbicara dalam keadaan marah kepada diri kita sendiri walaupun peristiwanya telah lama berlalu. Kemarahan memiliki hidupnya sendiri dan bisa jadi kita merasakan semacam kepuasan yang samar dan pembenaran untuk melanjutkan perasaan tersebut.

Semua orang dapat menjadi marah. Hal itu sangat mudah.
Tetapi untuk marah kepada orang yang tepat dengan kadar
yang tepat pada waktu yang tepat dan untuk a/asan yang
tepat serta dengan cara yang tepat, tidaklah mudah.
-Aristoteles

Mustahil kita melakukan tindakan matang dan efektif jika kita sedang lepas kendali | kita lebih banyak berteriak-teriak daripada menghadapi masalah secara produktif. Akan jauh lebih baik jika kita bisa mengendalikan kemarahan kita dan tidak membiarkannya menguasai kita. Mengendalikan kemarahan tidak hanya akan membantu kita, tetapi juga dapat membantu anak-anak kita dan hubungan kita dengan mereka.
Bayangkan bagaimana perasaan kita jika Anda berbicara kepada diri sendiri, "Baiklah, sekarang tenang, kuasai dirimu, tarik napas dalam-dalam, santai dan kendalikan diri." Dengan menggunakan relaksasi dan bicara-sendiri untuk mengendalikan perilaku kita sendiri, kita menjadi orang yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah. Dan dengan demikian, kita dapat memberikan contoh yang positif kepada anak-anak kita.
Mengharapkan anak-anak kita bisa mengendalikan diri sedangkan kita tidak bisa mengendalikan diri kita sendiri akan sulit berhasil. Tidak adii mengharapkan anak-anak untuk bersikap iebih dew as a dibandingkan dengan kita. Jika kita sering memaki-maki anak-anak kita, mereka mungkin akan menjadi "citra diri kita yang meledak-ledak", sebagaimana dikatakan penulis Thomas Ehrich.

Belajarlah Kapan Harus Mundur
Terkadang, mengambil napas dalam dan menenangkan dengan cara bicara-sendiri tidaklah membantu. Ketika konflik muncul berulang kali, Anda mungkin tidak mampu mengontrol emosi Anda. Hal ini menjadi lebih sulit ketika anak Anda juga sedang marah. Menarik napas dalam-dalam tak banyak membantu ketika Anda sudah mencoba segala cara yang Anda pelajah dari buku kepada anak Anda yang berumur 4 tahun untuk mandi dan dia terus-menerus berkata, "Aku tidak akan mandi dan Ibu tidak bisa memaksaku mandi!" Semuanya jadi tambah buruk jika Anda menghadapi situasi tersebut selama 10 malam berturut-turut.
Waktu lain ketika bicara-sendiri tidak terlalu efektif adalah saat anak Anda sedang dalam bahaya. Ketika anak berusia 6 tahun lari menyeberangi jalan, Anda harus segera mengejar anak tersebut. Namun, ketika anak tersebut selamat, Anda malah bisa marah besar!
Dalam situasi seperti ini, Anda harus mundur. Artinya, Anda secara fisik pergi. Dengan kata lain, kita perlu melakukan apa yang sering kali kita katakan kepada anak-anak kita ketika mereka marah kepada teman-teman sebayanya: tinggalkan saja mereka. Kedengarannya sederhana, tetapi sangat sulit untuk dilakukan.
Ketika Anda mundur dari hadapan anak Anda, tariklah napas dalam-dalam dan kemudian bicaralah kepada diri sendiri dengan positif: "Sangatlah normal menjadi marah. Sudah bagus kamu menyadari bahwa kamu harus mengambil jarak saat ini." Ketika mampu mengendalikan diri kembali, Anda dapat kembali menghadapi masalah tersebut dengan lebih efektif.

Rencanakan Terlebih Dahulu Melalui Imajinasi Mental
Dalam situasi yang terjadi berulang kali, kita dapat mengantisipasi kesulitan-kesulitan dan menyusun strategi pengendalian-diri sebelumnya. Anak-anak yang sulit dikendalikan sering kali bisa diduga, tetapi kita tetap merasa terkejut setiap kali mereka bertingkah secara tidak normal. Anak yang memiliki kebiasaan menolak mandi pada masa lalu mungkin akan melakukan hal yang sama pada masa depan. Daripada menunggu sesuatu yang tidak dapat dihindari, pikirkanlah bagaimana Anda akan mengendalikan diri dan menghadapi situasi tersebut secara produktif. Contohnya, sebelum Anda mengatakan kepada anak Anda bahwa sudah waktunya mandi, luangkan beberapa saat untuk memejamkan mata dan relaks dengan mengambil napas dalam-dalam. Bayangkan Anda memberikan perintah dan anak Anda menolak. Kemudian, ubah citra Anda dengan citra tindakan yang akan Anda lakukan dan citra tindakan seperti apa yang Anda inginkan dari anak Anda. Gambarkan diri Anda merespons penolakan anak Anda dengan tenang dan gunakan strategi asuh yang positif Akhirnya, bayangkan anak Anda merespons dengan benar atas perintah Anda, sementara Anda tetap tenang, tetapi tegas. Pepatah mengatakan bahwa jika dapat membayangkan sesuatu, Anda dapat mencapainya. Meskipun sangat mudah mengabaikan nasihat ini | Anda mungkin dapat membayangkan diri Anda tumbuh sayap dan terbangl pepatah ini ada benarnya juga. Menetapkan tujuan dan mempraktikkan solusi atas suatu masalah secara mental mempertinggi kemungkinan Anda untuk dapat bertindak secara efektif ketika masalah benar-benar timbul.
Anda dapat membawa imajinasi dan strategi bicara-sendiri selangkah lebih maju. Gunakan kedua hal itu untuk memperbaiki sikap Anda dalam menghadapi anak yang sulit dikendalikan. Ketika Anda melewati masa-masa yang sulit dengan anak Anda, luangkan waktu setiap hah untuk relaks dan melakukan latihan imajinasi positif dan bicara-sendiri tentang anak Anda. Bayangkan hal-hal yang menyenangkan dengan anak Anda dari masa kini maupun masa lalu dan bicaralah kepada diri sendiri mengenai karakter positif anak Anda.
Anak-anak paling membutuhkan cinta ketika mereka kurang dicintai. -Anonim Bagaimanapun sulitnya sikap anak Anda pada saat ini, Anda pasti telah mengalami saat-saat ketika anak Anda bersikap positif dan manis|selama liburan bersama keluarga, ketika bermain bersama pada akhir minggu, atau ketika merapat manja waktu tidur. Fokuskan pada senyuman memesona anak Anda atau bayangan anak Anda tidur dengan tenang pada malam hah atau bermain dengan ceria bersama temannya.

Tentukan Prioritas
Salah satu hal terpenting dalam mengasuh anak yang sulit dikendalikan adalah menentukan prioritas. Kita tidak dapat |dan tidak pehu| mengerjakan se-mua sekaligus. Tidak semua sama pentingnya. Dalam skala 1 sampai 10, Caitlin menggunakan pakaian yang tidak serasi ke sekolah termasuk skala 1. Seperti orang dewasa, anak-anak pun memiliki pendapat yang kuat mengenai pakaian, makanan, dan teman-teman. Mempermasalahkan topik-topik ini sama saja dengan mengundang pertengkaran.
Pendapat yang tidak berhubungan dengan kesehatan atau kese-lamat-an tidaklah pehu diperdebatkan. Pada sebagian keluarga, hal-hal kecil yang kurang penting menjadi topik perdebatan seru: Perdebatan yang tidak pehu karena taruhannya sedemikian sepele. Sebelum Anda berdebat, pikirkanlah taruhannya. Pilihlah pertempuran secara bijaksana.
Sebagian perilaku berkembang seiring kema-tangan dan pengalaman. Contohnya, anak-anak kecil sering berpehlaku mengganggu dan tampak tak masuk akal bagi kita secara berulang-ulang. Anak berumur 3 tahun bisa berulang-ulang memainkan tombol untuk menyalakan dan mematikan lampu serta anak berumur 5 tahun menuntut cerita yang sama dibacakan dengan cara yang persis sama setiap malamnya. Perilaku ini akan hilang sendiri seiring kematangan anak-anak, jadi tidak seharusnya kita terlalu mengkhawatirkannya. (Tentu saja, sebenarnya kita dapat memindahkan anak dari tombol lampu setelah beberapa kali ditekan tombolnya dan mendorong anak-anak untuk melakukan kegiatan yang lain.)
Ingatlah, bukan hanya Anda yang memengaruhi anak Anda. Seorang anak bisa jadi rajin di sekolah karena pengaruh guru atau teman, bahkan setelah sebelumnya menolak nasihat orangtuanya. Kita sering kali dapat mengandalkan orang lain untuk lebih mengefektifkan pesan yang kita berikan. Bukan hanya kita yang memberikan pesan kepada anak-anak kita bahwa pendidikan itu penting |demi kian juga para guru, tetangga, anggota keluarga yang lain, dan teman-teman.
Pada akhirnya, jangan terlalu resah mengenai masalah-masalah yang akan muncul nantinya. Orangtua kadang khawatir terhadap kebiasaan belajar anak kelas dua yang tidak konsisten, khawatir jika murid-murid tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya, mereka tidak akan bisa masuk sekolah menengah. Kebiasaan belajar yang baik pada pukul 7 akan terlihat sangat berbeda dengan kebiasaan belajar yang baik pada pukul 12 dan banyak hal bisa berubah sejalan dengan waktu. Terkadang, sangat membantu jika tidak memikirkannya terlalu dalam.

Pikirkan Cara Anda Bisa Mengubah Diri

Seperti semua orangtua, yang paling saya inginkan
hanyalah kesejahteraan anak-anak saya. Say a begitu
menginginkannya hingga say a rela mengubah diri
menjadi orang yang bahagia dan bisa menyesuaikan diri
dengan baik demi anak saya.

Joyce Maynard
Seberapa baik pun niat Anda dan seberapa sering pun Anda relaks, memvisualisasikan, bicara-sendiri, meninggalkan konflik, dan menentukan prioritas, Anda akan sulit mengubah sebagian kebiasaan Anda berinteraksi dengan anak-anak Anda. Menggunakan sistem hadiah dan hukuman mungkin bisa membantu.
Mulailah dengan memilih perilaku asuh yang ingin Anda ubah. Mungkin Anda ingin berhenti berteriak-teriak. Ambil dua toples dan simpan di kulkas. Tandai salah satunya dengan tanda plus dan yang lain dengan minus. Setiap kali Anda menghadapi konflik dengan tegas, tetapi tanpa berteriak, taruh seribu rupiah dalam toples yang bertanda plus. Setiap kali Anda berteriak, bayar denda dengan menaruh seribu rupiah di toples bertanda minus.
Setelah Anda memiliki sepuluh ribu dalam toples bertanda plus, traktir diri Anda: Traktir diri Anda dan seorang teman makan es krim, pergi nonton, atau mengunjungi taman favorit. Berikan penghargaan seperti ini hanya apabila Anda memang berhak mendapatkannya. Met ode ini merupakan strategi yang dapat Anda gunakan untuk meningkatkan sikap positif anak Anda (lihat Bab 8). Jika mulai dengan mencoba sistem ini kepada diri Anda sendiri, Anda akan dapat berempati kepada anak Anda jika Anda menerapkan metode ini kepada mereka.
Apa yang akan Anda lakukan jika toples berisi uang denda bertanda minus sudah penuh? Pertama-tama, uang yang Anda kumpulkan tersebut tidak boleh Anda, atau keluarga Anda, gunakan dengan cara apa pun. Anda bisa memberikannya kepada lembaga amal favorit Anda atau organisasi yang bergerak di bidang konsultasi keluarga. Namun, Anda mungkin tidak akan merasa begitu bersalah jika uang tersebut digunakan untuk maksud yang baik|mudah sekali meyakinkan diri bahwa uang tersebut dipergunakan untuk hal-hal yang baik. Saya sarankan Anda menggunakan uang tersebut pada perkara yang tidak Anda dukung. Jika Anda dari Partai Republik, kirimkan sumbangan kepada Komite Nasional Partai Demokrat. Jika Anda mendukung kebijakan pembatasan kepemilikan senjata api, sumbangkanlah kepada National Rifle Association (Asosiasi Senjata Laras Panjang Nasional). (Jika Anda melakukannya, sumbangkanlah tanpa menyebutkan nama agar Anda tidak diikutsertakan dalam milis yang tak Anda inginkan!) Meskipun terdengar menakutkan, teknik ini bisa jadi berjalan dengan baik, dan jika hal ini menyebabkan terlalu banyak kesusahan kepada kita, cobalah sesuatu yang lain.
Komitmen Anda untuk memberikan penghargaan dan hukuman diri sendiri bisa menjadi lebih kuat jika Anda menceritakan hal ini kepada keluarga Anda. Jelaskan kepada anak-anak Anda apa yang sedang Anda lakukan. Tuliskan komitmen Anda dan tempelkan di kulkas. Komitmen yang disebarluaskan sering kali berjalan lebih baik dibandingkan dengan hanya disimpan untuk kita sendiri.

Maafkan Diri Sendiri dan Anak Anda
Penulis Yunani zaman dahulu, Epictetus, mengatakan, "Memaafkan lebih baik daripada menghukum." Mungkin ini termasuk pula hukuman kepada diri sendiri. Tentu saja, kita dapat menghukum diri kita sendiri dengan menaruh uang denda di dalam toples, tetapi untuk menyalahkan diri kita sendiri atas permasalahan anak kita bukanlah hal yang bermanfaat dan bahkan salah. Para orangtua ingin mengerjakan hal yang baik untuk anak-anaknya, tetapi kita masih membuat kesalahan meskipun niat kita baik. Jika lumpuh oleh rasa bersalah dan menyalahkan diri sendiri, kita tidak bisa menolong anak-anak kita. Rasa bersalah dapat membuat kita menyesal karena kita bukan orang yang sempurna dan kita bisa mencoba untuk menebusnya kepada anak-anak kita dengan cara mengalah. Akan tetapi, daripada mengalah atau menyerah, kita dapat memaafkan diri kita dan melakukan hal-hal yang baru dan lebih efektif. Kalau perlu, kita juga dapat meminta maaf kepada anak-anak kita karena terlalu berlebihan dalam bersikap. Permintaan maaf secara tulus kepada anak-anak kita adalah contoh yang baik dan mengembalikan hubungan ke arah yang lebih positif. Kita mungkin perlu untuk memaafkan anak kita yang sulit dikendalikan atas segala persoalan yang muncul. Mudah sekali tetap bersikap marah kepada anak-anak ini dan menolak segala permintaan mereka. Memaafkan anak bisa jadi mudah jika kita menyadari bahwa kebanyakan anak di bawah usia 7 tahun tidak dengan sengaja mencoba memanipulasi kita. Kita semua, khususnya anak-anak, bersikap dengan cara yang tidak kita mengerti sepenuhnya. Memaafkan membuat berkurangnya perasaan negatif dan mengurangi rasa bersalah.

Luangkan Waktu untuk Diri Sendiri
Akhirnya, dalam rangka menambah energi untuk menghadapi anak-anak yang sulit dikendalikan, Anda harus punya tambahan energi. Bangun cadangan energi dengan memberikan kepada diri sendiri waktu dan ruang. Setiap orang menemukan waktu dan ruang itu dengan cara yang berbeda-beda. Seseorang mungkin dapat merasa segar dengan berjalan kaki setiap hah di hutan. Vang lain mungkin dengan cara mendengarkan musik setiap hah. Vang lain lagi mungkin dengan membaca literatur yang membehkan inspirasi. Vang lain memperoleh energi dengan mengunjungi teman-teman.
Sangatlah penting bagi para orangtua memiliki waktu positif yang rutin satu sama lain secara reguler. Mudah sekali meletakkan hubungan semacam ini pada urutan terakhir, tetapi sebenarnya hubungan semacam ini harus didahulukan. Dengan meluangkan waktu bersama-sama, Anda menemukan energi untuk bekerja bersama atas nama anak Anda yang sulit dikendalikan. Hal ini tidak mudah dilakukan. Banyak keluarga yang kedua orangtuanya bekerja. Dan orangtua tunggal bahkan memiliki lebih banyak masalah. Meskipun demikian, kita mempunyai pilihan bagaimana kita akan menggunakan waktu. Begitu kita memutuskan bahwa sangatlah penting untuk menyayangi diri kita sendiri dan mempererat hubungan antar-orangtua, kita akan menemukan kesempatan untuk melakukannya.
Kesempatan bagi orangtua untuk menyayangi diri sendiri bisa jadi singkat dan tidak sering, tetapi kesempatan itu ada. Lima belas menit setelah makan siang dapat dikhususkan untuk berjalan di luar rumah atau mendengarkan musik menggunakan headphone. Anda dapat menggunakan waktu selama pulang-pergi kerja untuk berlatih relaksasi. Sebagian orang bahkan melatih napas ketika menunggu lampu lalu lintas. Tanpa meluangkan waktu untuk diri sendiri, kita seperti mobil yang berjalan tanpa membawa bensin; kita mencoba terus bergerak meskipun kita kehabisan bensin. Energi kita hilang dengan cepat. Jika kita tidak menjaga diri dan hubungan kita dengan keluarga, kita bisa jadi berakhir di kantor seorang dokter atau seorang ahli terapi atau penasihat perkawinan. Pada akhirnya, kita perlu meluangkan waktu untuk masalah-masalah ini, jadi kenapa tidak melakukannya dengan cara yang menyenangkan?[]

Menyayangi Peran Kita sebagai Orangtua

Sebagai orang dewasa, kita dapat mengamati karakteristik dan tindakan kita sendiri, melihat bagaimana dua hal tersebut memengaruhi hubungan kita dan kemudian melakukan perubahan. Anak-anak, khususnya yang masih kecil, tidak memiliki kemampuan untuk mengevaluasi diri, kemampuan yang berkembang secara bertahap sedari kecil hingga dewasa. Jadi, setiap kali ada masalah antara orang dewasa dan anak, menjadi tanggung jawab orang dewasalah untuk mengenali masalah yang timbul dan memulai proses perubahan. Namun, sebelum dapat membantu orang lain melakukan perubahan, kita perlu mengamati hidup kita sendiri untuk melihat apakah kita perlu memperbaiki sikap-sikap dan tindakan kite. Seba-gaimana dikatakan pepatah Vunani kuno, "Kenalilah dirimu sendiri."
Sang psikolog besar, Carl Jung, menunjukkan bagian-bagian penting dalam pemahaman tentang diri kita sendiri yang dapat memengaruhi cara kita mengasuh anak. Jung mengatakan bahwa salah satu langkah awal menuju pemahaman tentang diri sendiri adalah mengembangkan pemahaman dan kesadaran terhadap sikap-sikap pada diri kita yang sulit dikendalikan. Meskipun mungkin sulit mengakui, kita semua memiliki karakter positif dan negatif. Karakter-karakter tersebut bisa sangat berbeda, sangat berlawanan, seolah-olah kita terdiri dari beberapa orang yang berbeda. Kita mungkin mencoba menyembunyikan "sepupu kita yang lucu" dan "pencuri kuda" dari pandangan publik, tetapi kadang hal tersebut muncul secara tiba-tiba dalam sikap kita, sering kali tidak diduga.
Sikap negatif kita kadang muncul dengan sendirinya saat kita menanggapi secara berlebihan terhadap sesuatu yang telah dilakukan anak kita. Ketika Gloria meminta anaknya, Sara, untuk membereskan tempat tidurnya, Sara dengan jujur menjawab, "Aku lagi sibuk, Bu. Nanti aja, den." Gloria langsung meledak atas sikap melawan Sara dan Gloria menghukum Sara selama 3 hah. Ketika Gloria sudah menjadi tenang, dia mulai berpikir mengenai reaksinya, heran atas keras-nya reaksi yang dia perlihatkan. Gloria meminta maaf, dan berkata kepada Sara, "Ibu tidak sadar telah melakukan hal itu." Bagaimanapun, Gloria adalah dirinya sendiri ketika dia meledak pada anaknya seperti itu. Kita semua memiliki sikap marah, sisi yang tidak masuk akal. Hal tersebut merupakan bagian dari kita yang mungkin tidak kita sukai dan bisa jadi kita sulit menerimanya.
Bagian dari diri kita yang tidak mau kita terima menuntut untuk dikenali sama seperti bagian yang kita sukai. Ketika kita gagal mengenalinya, ada dua hal yang akan terjadi. Pertama, kita mendorongnya jauh ke tempat terdalam dari emosi kita hingga kemarahan tersebut bertumpuk dan membusuk seperti sampah. Kadang-kadang, penumpukan tersebut akan mendorong pintu ruang penyimpanan emosi kita hingga terbuka sebentar dan kita meledak hanya karena suatu yang sepele. Di lain waktu, sampah tersebut menggunung dan menyeret kita menuju depresi, kegelisahan, atau gejala-gejala gangguan fisik yang tidak kita mengerti. Hal lain bisa muncul ketika kita gagal mengenali dan mengatasi sisi negatif yang kita miliki: Kita mungkin akan menumpahkan sisi negatif kita kepada orang lain. Dengan kata lain, kita melihat sisi negatif orang lain karena kita tidak mau menyadari bahwa kita juga me-miliki hal yang sama. Ketika sadar telah bereaksi secara tidak tepat terhadap sikap anak kita, kita mungkin harus memerhatikan sikap-sikap yang sama dalam diri kita sikap-sikap yang kita tidak senang mengakui ada dalam diri kita.
Di samping memahami diri kita secara lebih baik, kita juga dapat mencoba strategi lain yang dapat mempersiapkan kita menghadapi anak-anak dengan sikap yang sulit dikendalikan. Semakin kita dapat memadukan strategi-strategi ini ke dalam cara mengasuh kita, semakin efektif usaha kita jadinya.

Pelajari Perkembangan Anak
Banyak masalah antara orangtua dan anak-anak mulai berkurang saat orangtua belajar lebih banyak tentang perkembangan anak. Sebagian sikap-sikap anak yang membingungkan kita ternyata hanya muncul pada usia tertentu. Hal tersebut sebenarnya normal. Contohnya, tabiat suka marah adalah biasa bagi anak-anak usia 2 hingga 4 tahun. Ini adalah sikap sulit dikendalikan yang harus kita atasi, tetapi sikap ini tidak seharusnya membuat kita terlalu kalang kabut atau bereaksi berlebihan.
Memahami perkembangan anak tidak hanya membuat kita tahu apa yang akan terjadi dalam tahap tertentu kehidupan anak kita, tetapi juga membantu kita memahami bagaimana anak-anak berpikir dan pemahaman mereka terhadap diri sendiri. Contohnya, anak-anak prasekolah tidak melihat dunia seperti anak-anak yang lebih besar atau orang dewasa melihatnya. Mereka melihat situasi dari sudut pandang mereka sendiri dan masih sulit memahami bagaimana perasaan orang lain. Anak-anak kecil tidak terampil menganalisis sikap mereka sendiri dan memahami alasan-alasan mereka bersikap seperti itu. Jika Anda bertanya kepada anak umur 4 tahun, "Kamu kok gitu?" jawaban yang paling jujur yang dapat dikatakan anak tersebut adalah, "Saat itu sepertinya itu adalah tindakan terbaik." Dan itu benar. Dari sudut pandang anak prasekolah, itu memang benar.
Anak-anak kecil sering kali terpengaruh dengan apa yang sedang terjadi pada saat itu ketimbang aturan atau nilai-nilai yang mereka dapat dari lingkungan mereka. Mereka melakukan tindakan dan gagal menentukan apakah mereka seharusnya melakukan hal itu atau tidak. Sejalan dengan pertumbuhan anak, mereka belajar untuk menerapkan peraturan yang ditetapkan orangtua secara tepat juga norma-norma sosial yang berlaku.

Pengaruh Dari Luar Keluarga

Pengaruh dari Luar Keluarga
Faktor-faktor dari luar keluarga juga memengaruhi bagaimana anak-anak bersikap. Anggota keluarga yang lain juga turut berperan, sebagaimana kawan-kawan sebaya, sekolah, dan staf di tempat penitipan anak dan media. Memahami nilai penting masing-masing faktor tersebut dapat membantu kita mengasuh anak-anak yang sulit dikendalikan.
Anggota keluarga yang lain. Anggota kelu-arga lain dapat sangat memengaruhi anak yang sulit dikendalikan. Terkadang, mereka memperparah konflik; sebagai contoh, ketika orangtua dan kakek-nenek memiliki pendapat yang berbeda tentang bagaimana menghadapi sikap anak yang sulit dikendalikan.
Kakek-nenek David merasa bahwa orangtua David terlalu keras kepadanya, dan mereka membiarkan David melakukan apa pun yang dia mau ketika David mengunjungi mereka. Ketika kembali ke rumah, David mengancam akan mengadukan orangtuanya kepada kakek-neneknya jika mereka menghukum David. Dengan rasa kesal, orangtua David kemudian agak melunak kepada David selama beberapa hah untuk menghindah konflik dengan kakek-nenek, dan hal ini membehkan David masukan yang tidak jelas mengenai sikapnya.
Sebaliknya, kakek dan nenek Sarah bereaksi secara berbeda. Sarah melewatkan sorenya di tempat kakek-neneknya sampai ibunya kembali dari kantor. Kakek dan nenek berdiskusi dengan ibu Sarah mengenai segala macam kebiasaan dan peraturan yang berlaku di rumah dan mereka setuju bahwa Sarah akan mengikuti peraturan yang sama dengan yang diterapkan di rumah. Sarah menyadari
bahwa ibu dan kakek-nenek betul-betul serius menjalankan yang sudah disepakati dan akan selalu saling mendukung.

Teman-teman sebaya.
Seiring perkemba-ngan anak-anak, teman-teman sebaya menjadi pengaruh yang penting. Teman-teman sebaya juga dapat membehkan pengaruh positif dan negatif. Ketika Larry, anak yang sulit dikendalikan, misalnya menghabiskan waktu lebih lama dengan Ramon, temannya yang santai, Larry menjadi lebih santai di rumah pada hari-hari berikutnya dan lebih menurut. Namun, ketika Larry bermain dengan temannya Angelo, yang kasar, padahal hanya bermain sebentar, Larry menjadi aneh, kelelahan, dan lebih menjengkelkan daripada sebelumnya.
Melibatkan diri dalam hubungan antara anak Anda dan teman-teman sebayanya biasanya tidaklah membantu. Namun, jika perilaku anak yang sulit itu jelas-jelas terpengaruh perilaku negatif temannya, orangtua sudah harus mengatur kapan, di mana, dan berapa lama dia dapat menghabiskan waktunya bermain dengan temannya yang bermasalah itu. Mereka mungkin harus menentukan waktu bermain yang lebih pendek dan merencanakan aktivitas yang tidak begitu menegangkan dengan pengawasan dari orang dewasa.

Sekolah.
Tugas sekolah, para guru, dan teman-teman sekelas semuanya berpotensi untuk menambah atau mengurangi sikap anak yang sunt dikendalikan. Rashad yang berumur 11 tahun sulit mengikuti pelajaran matematika. Dia memiliki seorang pengajar, tetapi Rashad tidak memahami perkalian dan pembagian dalam desimal. Di kelas, dia berganti-ganti sikap antara merajuk dan mengganggu anak-anak lain ketika mereka sedang mengerjakan tugas.
Gurunya merasa bahwa Rashad tidak berusaha cukup keras dan suatu hah menegurnya di muka umum. Rashad, yang marah kepada gurunya, menendang sebuah kursi, yang secara tidak sengaja mengenai murid lain. Beberapa murid lain menjadi marah dan berteriak kepada Rashad. Ada yang menghindarinya, sementara sebagian lagi mengejeknya mengenai apa yang telah terjadi.
Gurunya membawa Rashad ke kantor kepala sekolah, yang kemudian menskornya dari sekolah. Di rumah, rasa frustrasi Rashad muncul. Dia memukul kepala adik perempuannya dengan truk mainan, berteriak-teriak kepada orangtuanya, dan malam hah diakhirinya dengan memecahkan lampu di kamarnya sambil melemparkan barang-barang dalam keadaan marah. Malam itu merupakan salah satu malam yang paling menyulitkan yang pernah dialami keluarga tersebut.

Tempat penitipan anak.
Tempat penitipan anak dapat menjadi salah satu sumber masalah bagi anak-anak yang sulit dikendalikan. Pergantian pengasuh di tempat penitipan anak karena sistem
kerja sif, dan para pengasuh yang memiliki pendekatan yang berbeda dalam menghadapi sikap anak yang sulit akan menyulitkan anak-anak tersebut.
Jana yang berusia 7 tahun dititipkan di pusat penitipan anak yang besar dan dijaga oleh Mr. Charlie sebelum sekolah dan oleh Miss Allison setelah sekolah. Jana suka sekali dengan Mr. Charlie, yang menyapanya setiap pagi dengan menyebutkan namanya dan berbicara dengan suara tegas, tetapi lembut, bahkan ketika sedang menegakkan kedisiplinan. Saat bersama Mr. Charlie, Jana umumnya bersikap seperti anak seumurnya.
Namun setelah sekolah, ceritanya berbeda. Miss Allison terlihat lelah dan berbicara dengan nada kasar dan terdengar marah. Jana tidak merespons secara baik kepadanya dan sering kali bertingkah. Orangtua Jana mendengar hanya ketika Jana tidak bersikap baik di tempat penitipan anak karena mereka tidak dapat berhubungan langsung dengan Mr. Charlie dan hanya mendengar laporan negatif dari Miss Allison.
Ketika Mr. Charlie ditawari pekerjaan yang lebih baik dan meninggalkan pusat penitipan anak itu dua hah sebelumnya, Jana menjadi marah. Dia bahkan bertingkah laku lebih buruk lagi di tempat penitipan anak dan kelakuan buruknya itu terbawa juga ke sekolah dan rumah. Ketika laporan negatif muncul dari banyak pihak, lingkaran setan berputar dengan lebih cepat.

Kekerasan di media.
Kita hidup dalam buda-ya yang dipengaruhi berbagai media dan banyak anak menghabiskan waktu berjam-jam setiap harinya menonton televisi, mendengarkan radio, bermain video game dan berselancar di Internet. Kekerasan yang mereka saksikan melalui media dapat memengaruhi anak-anak yang sulit dikendalikan.
Anak-anak hampir selalu melihat tayangan kekerasan dan dalam diri kita semua mungkin terdapat sifat kekerasan seperti itu. Anak-anak juga hampir selalu menemukan sisi menghibur pada kegiatan yang bersifat kekerasan. Lihatlah bagaimana anak-anak berakting main perang-perangan dan menirukan kekerasan yang terdapat dalam dongeng dan cerita rakyat. Kemudian, sejak 1960-an, grafik tayangan kekerasan di dalam film, televisi, dan video game telah meningkat tajam. Membaca cerita mengenai serigala yang memakan nenek Little Red Riding Hood mungkin masih bisa diterima, tetapi meiihat bagaimana kepala seseorang meledak karena terkena senapan semi-otomatis mungkin cukup memprihatinkan.
Hasil riset dengan jelas menunjukkan bahwa seringnya anak-anak menonton tayangan berisi kekerasan memberikan dampak negatif terhadap cara sebagian anak berinteraksi dengan anak-anak lain. Hal ini berlaku terutama bagi anak-anak yang sulit dikendalikan yang bersemangat dan sangat sering bersikap negatif.

Bagaimana Pengaruh-Pengaruh Tersebut Saling Memengaruhi
Banyak sikap sulit dikendalikan menjadi masuk akal jika kita dapat mengenali salah satu penyebabnya dan memperbaikinya. Meskipun demikian, hidup tidaklah sesederhana itu.
Seperti masalah keluarga Hills. Jason yang berusia 9 tahun adalah anak yang sangat bersemangat dan mengekspresikan perasaannya dengan jelas. Dia dapat menjadi sangat menjengkelkan dan sangat manja, sangat antusias dan aktif, salah seorang anak yang gampang marah, baik saat dikeluarkan dari permainan bisbol maupun saat membela teman baiknya. Linda, ibunya, juga dapat menjadi jengkel, tetapi umumnya dia mengekspresikan rasa tersebut dengan menarik diri. Jason berteriak ketika dia sedang marah, sedangkan Linda memutar-mutar matanya dan mengangkat bahu, dengan jengkel. Dia mudah menjadi depresi, dan ini dimulai ketika dia masih remaja.
Ayah Jason, Chuck, selalu memiliki tingkat energi yang tinggi. Dia seorang ekstrover dan senang menerima banyak rangsangan. Ketika suasana hati Chuck sedang baik, dia bergerak ke sana kemari dan tertawa keras-keras. Namun, ketika dia sedang marah, dia mengentak-entakkan kakinya, membanting pintu, dan bertehak. Sifat buruknya kambuh ketika Chuck sedang dalam keadaan sangat tertekan.
Linda dan Chuck memiliki pekerjaan yang baik, tetapi mereka berdua bekerja hingga larut. Jason tinggal dengan orangtua Linda sepulang sekolah, dan di sini dia menghabiskan waktu bermain video game yang berorientasi perang dan nonton televisi. Pada malam hah, inilah yang terjadi:
Wuah, hari yang sangat melelahkan. Aku letih sekali.
Hariku benar-benar buruk. Aku mengerjakan kontrak Benson semalam, tetapi bos menyuruhku menambahkan beberapa hal malam ini. (Dia menghefa napas.) Bagaimana jika aku makan malam dan kamu membantu Jason mengerjakan pekerjaan rumahnya? Wan, terima kasih banyak. (Dia mendekati Jason, yang sedang nonton film kartun.) Ayo, Jason. Ayo, kita kerjakan pe-ermu. Aku tidak ada pekerjaan rumah. Kamu selalu bilang begitu. Gurumu menelepon minggu lalu dan
mengatakan kalau kamu tidak menyerahkan pekerjaan rumahmu sama sekali. Sekarang, kerjakan! (Dia mendelik pada ayahnya.) Sudah kukatakan, aku tidak ada pekerjaan
rumah!
CHUCK : Jangan berteriak padaku, anak muda. Aku mengalami hari-hari yang berat dan aku tak bisa menerima kata-katamu yang kurang ajar itu. Sekarang, kerjakan!
LINDA : Kalian berdua, hentikan! Aku sedang banyak pikiran, aku tidak tahan lagi!
CHUCK : (Dia mendeiik pada Jason.) Nah, lihat kan akibat perbuatanmu tadi! Kamu selalu membuat marah di sini!
JASON : Itu salah Ayah! Aku sudah bilang kalau aku tidak ada pekerjaan rumah!

Pada titik ini, watak asli Chuck mulai membuat-nya terganggu. Kemudian, telepon berdering. Ternyata mertuanya, yang mengeluhkan Jason yang telah meninggalkan ruang bermain dalam keadaan berantakan hah itu. Sementara itu, Jason telah pergi ke kamarnya untuk bermain video game. Setelah Chuck menutup telepon, dia mengeluh kepada Linda tentang telepon bapaknya. Linda meninggalkan ruangan dengan berlinang air mata, sambil bertehak bahwa Chuck menyalahkan orangtuanya atas segala sesuatu yang terjadi.
Perut Chuck benar-benar terasa sakit sekarang dan dia membayangkan betapa akan bertambah buruknya jika dia harus beradu mulut lagi dengan Jason tentang pekerjaan rumahnya. Jadi, Chuck menyiapkan meja makan dan menyelesaikan persiapan makan malam. Keluarga tersebut makan dalam keadaan diam, sementara Chuck dan Linda merasa diperlakukan secara tidak adil oleh satu sama lain dan marah dalam hati kepada Jason.
Pemenang dalam drama ini adalah Jason. Dia dapat bermain video game di sisa malamnya tanpa diomeli dan dia tidur lebih malam dari biasanya karena orangtuanya tidak mengingatkan waktu tidurnya.
Tentu saja, Jason menjadi pemenang untuk jangka pendek, tetapi itu sudah cukup baik bagi anak umur 9 tahun. Bagi Chuck dan Linda, kepribadian dan tekanan mereka sangat memengaruhi cara mereka mengasuh. Kegagalan menghadapi secara efektif sikap Jason, malah mengajari Jason bahwa menolak dan bersikap negatif itu berhasil.
Berdasarkan pengalaman kita, sikap anak yang sulit dikendalikan bisa sangat membuat kita frustrasi. Dan, melihat semua faktor kompleks yang memengaruhi sikap anak kita dan reaksi kita terhadap sikap tersebut, tidak heran banyak orangtua harus berjuang keras. Untuk mengasuh anak-anak ini, kita perlu mempersiapkan diri kita dengan keterampilan khusus.[]

Ketegangan dalam Keluarga

on Rabu, 04 Maret 2009

Ketegangan dalam Keluarga

Dalam menjalani kehidupan keseharian yang penuh keruwetan, semua anggota keluarga mengalami ketegangan, dan ketegangan dalam keluarga dengan jelas dapat memengaruhi bagaimana anak-anak bersikap. Bahkan, kesulitan yang kecil sekalipun, jika sering dan berkelanjutan, dapat menimbulkan permasalahan yang cukup berarti bagi orang dewasa dan anak-anak. > Seiring perjalanan waktu, bangun pagi penuh omelan pukul 05.00, berangkat pukul 06.30 dan tiba di rumah untuk makan malam pukul 6 sore, kemudian mengerjakan pe-er, mandi, dan rutinitas waktu tidur, semua itu akan sangat memengaruhi interaksi antaranggota keluarga.
Ketegangan memengaruhi anak-anak karena ketegangan juga me-mengaruhi cara orangtua bersikap. Orangtua yang tegang karena masalah kerja, akibat kondisi keuangan, depresi, benturan prioritas, atau masalah-masalah pernikahan tidak memiliki banyak energi untuk mengasuh dengan baik. Ketika hal ini terjadi, orangtua bisa bereaksi secara berlebihan terhadap sikap anaknya dengan cara kekerasan|atau dengan cara mengabaikan sikap yang bermasalah. Hasilnya, anak menjadi kurang kooperatif dan hubungan antara orangtua dan anak juga menjadi bermasalah dan tegang.

Ketegangan hubungan suatni istri.
Para profesional berbeda pendapat tentang bagaimana percekcokan antarorangtua yang relatif ringan berpengaruh terhadap anak-anak. Namun, ketika orangtua bermusuhan secara terbuka, dampaknya kepada anak-anak sangatlah negatif.
Yang menjadi masalah pada khususnya adalah ketika orangtua berbeda pendapat mengenai cara mengasuh anak: biasanya salah satu orangtua bereaksi dengan sikap yang keras dan kasar kepada anak, sementara orangtua satunya tidak bisa menetapkan batasan-batasan. Lebih jauh orangtua bisa tidak sepakat mengenai sikap-sikap mana yang perlu didisiplinkan. Sang ayah bisa berpendapat bahwa sopan santun anaknya di meja makan perlu diperbaiki, sementara Ibu berkeras bahwa sopan santun anaknya di meja makan baik-baik saja. Perbedaan yang besar antara apa yang diinginkan masing-masing orangtua hanya akan membuat anak tersebut bingung, dan bersikap tidak konsisten, tidak tahu bagaimana harus bersikap.
Pada akhirnya, anak-anak belajar bahwa ada cava-cava tertentu kepada Ibu dan cara yang lain lagi kepada Ayah. Jika sang ayah orang yang keras, anak-anak mungkin pergi kepada ibunya ketika mereka menginginkan sesuatu. Anak-anak belajar
memanipulasi situasi dan orang-orang untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan atau butuhkan. Tentu saja, kadang kita juga berlaku demikian, tetapi anak-anak yang berada di antara dua orangtua yang memiliki keinginan yang berbeda akan menjadi lihai memanipulasi.

Tekanan sebagai orangtua tunggal.
Coba renungkan ketegangan yang dialami dua orangtua lengkap saat membesarkan anak yang sulit, gandakan, dan itulah kira-kira derita yang dihadapi orangtua tunggal. Orangtua tunggal memiliki waktu yang sedikit dan sering kali memiliki sumber keuangan yang lebih sedikit. Orangtua tunggal mungkin akan merasa sulit menyerahkan anaknya kepada orang lain. Dan, hanya karena orangtua si anak tidak lagi bersama-sama, tidak berarti konflik berhenti. Orangtua yang saling berjauhan sering kali masih berselisih mengenai disiplin dan waktu kunjungan, dukungan keuangan dan nilai-nilai, serta semua itu menjadi pengaruh buruk bagi anak.
Sebagian orangtua tunggal, seperti janda/duda atau orangtua angkat, mengalami ketegangan khusus. Orangtua-janda/duda-mengalami kesedihan dan perubahan hidup yang besar yang bisa membatasi kemampuannya untuk menghadapi sikap seorang anak. Orangtua angkat tunggal yang mencoba menggantikan ketidakhadiran orangtua kandung bisa merasakan tekanan yang lebih besar untuk menjadi orangtua yang sempurna.

Ketegangan keluarga tiri.
Salah satu kondisi stres yang paling besar bagi keluarga tiri adalah peran orangtua tiri dalam masalah disiplin. Anak-anak sering kali merasa bahwa mereka tidak perlu mendengarkan orangtua tiri mereka. Garis pemisah segera muncul mengenai siapa milik siapa dalam keluarga.
Ketika George Morgan menikahi Debbie, dia membawa Michael anak laki-lakinya yang berusia 6 tahun dari perkawinan sebelumnya, dan Debbie membawa Melissa anak perempuannya yang berusia 9 tahun. Beberapa bulan setelah perkawinan tersebut, Melissa mulai melawan ibunya. Debbie tidak membiarkan Melissa melanjutkan sikapnya itu dan bertengkar dengan Melissa mengenai caranya bersikap itu. Melissa tidak mau mengalah, demikian juga ibunya.
Pada akhirnya, pertengkaran tersebut membuat George jengkel. Suatu hah, George menumpahkan kekesalannya kepada Melissa karena
berteriak-teriak pada ibunya dan Melissa berlari dari ruangan sambil menjerit-njerit, "Kamu bukan ayahku! Aku tidak perlu mendengarkan kamu!" Debbie marah kepada George karena telah berlaku kasar kepada Melissa, dan Debbie menuduh George menginginkan Melissa sesempurna "Michael sayang"-nya.
Keluarga tiri juga bisa mengalami ketegangan dalam menghadapi pasangan sebelumnya. Meskipun banyak orangtua kandung bisa bersikap baik untuk kepentingan anak-anaknya, ada sebagian orangtua
yang membawa konflik keluarga sebelum perceraian hingga terus terbawa setelah perceraian. Ini juga terjadi pada keluarga Morgan.
Sebagai bagian dari perjanjian atas percerai-annya, mantan suami Debbie, Rick dapat mengunjungi Melissa setiap 2 minggu sekali. Namun, Rick tidak memberikan tunjangan untuk anaknya secara rutin. Rick mengatakan kepada Melissa, "Ibumu mencoba membuatku miskin." Melissa yang marah meminta ibunya agar jangan berlaku terlalu keras kepada sang ayah. Debbie mengalah karena dia tidak ingin Melissa tambah tertekan.
Akan tetapi, ayah tiri Melissa, George, sangat marah. George ingin Debbie menuntut Rick melalui pengadilan agar Rick mau membayar apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab Rick. Debbie merasa tambah terluka; dia dan George secara terbuka bertengkar mengenai hal tunjangan ini, yang membuat Melissa lebih sedih lagi.
Ketegangan demi ketegangan menjadikan anak-anak dan kualitas kehidupan berkeluarga sebagai korban. Ketika Anda menjadikan perilaku bermasalah anak-anak tambah parah, ketegangan semua anggota keluarga akan tak tertanggungkan lagi.

Pola Asuh

Pola Asuh
Karakteristik individual memengaruhi cara orang dewasa mengasuh anak-anak mereka, khususnya yang berhubungan dengan disiplin. Orangtua berusaha keras mengajarkan kepada anak-anak apa yang mereka perlu ketahui dan kerjakan agar menjadi orang yang bahagia, percaya diri, dan bertanggung jawab di masyarakat.
Akan tetapi, tidak hanya orangtua yang bertu-gas menjalankan pen-didikan. Anak-anak juga mengajarkan kepada orangtua bagaimana harus bersikap di hadapan anak-anak dan memengaruhi disiplin orangtua. Kebanyakan orang (anak-anak dan orangtua) cenderung meng-ambil sikap dengan cava-cava yang akan meningkatkan manfaat dan mengurangi konsekuensi negatif. Suatu sikap yang dianggap cukup "berhasil" cenderung untuk diulangi lagi. Akan tetapi, jika perilaku tertentu menghasilkan konsekuensi yang kurang
menyenangkan (artinya tidak berhasil), hal tersebut cenderung untuk tidak diulangi lagi.
Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda-beda mengenai berhasil-tidaknya cara yang dilakukan. Apa yang dianggap berhasil bagi Kiki bisa jadi tidak terlihat demikian bagi Keke. Contohnya, ketika seorang anak bertindak kurang pada tempatnya akan terlihat negatif. Kira-kira siapa orangnya yang mau diomeli? Meskipun demikian, seorang anak yang merasa diabaikan bisa merasa puas menerima segala bentuk perhatian, bahkan jika perhatian tersebut kurang menyenangkan.
Pada umumnya, orangtua mengajari anak-anak mereka dengan empat cara:

1. Memberi contoh.
Cara utama untuk mengajari anak-anak adalah melalui contoh. Anak-anak kecil sering kali mudah menyerap apa yang kita takukan dibandingkan dengan apa yang kita katakan. Jika kita mengatakan kepada anak-anak untuk berbicara dengan sopan kepada orang lain, tetapi kita masih berbicara kasar kepada mereka, kita telah menyangkal diri kita sendiri. Perbuatan lebih berpengaruh dibandingkan dengan kata-kata.
2. Respons positif.
Cara kedua untuk mengajari anak-anak adalah melalui respons positif mengenai sikap mereka. Jika kita mengatakan kepada anak-anak betapa kita menghargai mereka karena telah menuruti nasihat kita, mereka akan mengulangi sikap tersebut.
Bagaimanapun, kita harus berhati-hati dengan respons. Kadang-kadang, respons itu sendiri tidaklah positif, tetapi mengarah pada dampak yang positif bagi anak. Contoh, seorang ibu meminta anaknya untuk membereskan alat pencuci piring. Anak tersebut diam saja. Ibu tersebut mengulangi
permintaannya. Anak tersebut terus menolak dan mulai marah. Jika ibu tersebut lelah, dia bisa berhenti meminta dan mengerjakan pekerjaan itu sendiri demi kedamaian. Respons ini memberikan pelajaran bagi anak bahwa menolak dengan terus-menerus ternyata berhasil.
Pada sisi lain, situasi ini bisa dianggap berhasil bagi orangtua. Ya, pada akhirnya, ibu tersebut mengerjakan tugas yang sebenarnya dia mintai kepada anaknya dan merasa jengkel karenanya, tetapi paling tidak teriakan-teriakan telah berhenti. Dengan kata lain, dampak negatifnya menjadi ber -kurang jika si ibu mengerjakan pekerjaannya sendiri dibandingkan harus menghadapi sikap kurang menyenangkan anaknya.
Sayangnya, ketika anak menghindari ketidaknyamanan sementara, anak tersebut tidak belajar bertanggung jawab. Dan, orangtua juga terus-menerus menerima tuntutan dari anak yang marah yang tidak mau diperintah. Jadi, meskipun tindakan tersebut berhasil dalam jangka pendek, untuk jangka panjang dampaknya justru tidak baik.

3. Tidak ada respons.
Orangtua juga mengajari anak-anak dengan cara mengabaikan sikap anak-anak. Sikap-sikap yang tidak direspons pada akhirnya cenderung tidak diulangi. Dengan kata lain, mengabaikan perilaku tertentu bisa jadi mengurangi perilaku tersebut—khususnya jika perilaku-perilaku tersebut hanya bersifat mengganggu. Sikap suka merengek, misalnya. Jika orangtua bisa mengabai kan rengekan dan mengatakan "Jika kamu meminta Ibu seperti anak umur 5 tahun, Ibu akan menjawab," dan kemudian diam hingga anak mulai bersikap seperti anak berumur 5 tahun, rengekan cenderung menurun. Menyembunyikan respons tidak boleh dilakukan jika sikap yang ditunjukkan anak sudah sangat mengganggu, seperti berteriak-teriak dan memukul.

4. Hukuman.
Akhirnya, orangtua memberikan pelajaran kepada anak-anak melalui hukuman atau secara aktif memberikan respons negatif terhadap suatu sikap. Meskipun hukuman bisa menjadi sarana pembelajaran yang efektif, dibandingkan dengan metode-metode yang lebih positif, hukuman tidak banyak membantu, khususnya jika dilakukan terlalu sering. Bahkan, jika hukuman diterapkan terlalu keras dan terlalu sering, tindakan tersebut malah bisa menyebabkan sikap negatif semakin menjadi -jadi karena reaksi emosional dari si anak terhadap hukuman itu sendiri. Hal ini sering kali terjadi dengan anak-anak yang sangat bersemangat dan memiliki kemauan yang keras. Orangtua yang sering berteriak dan memukul anak-anaknya bisa mendapati bahwa anak-anak tersebut tidak menyesal, tetapi malah menentang. Meskipun sebagian orangtua kemudian mengurangi cara-cara seperti itu setelah anak mereka malah menentang, sebagian lagi bahkan menjadi tambah keras dan mulailah terbentuk lingkaran setan.
Menggunakan hukuman yang relatif ringan seca-
ra konsisten, seperti menghilangkan hak istimewa atau melarang kegiatan yang sedang dilakukan, bisa jadi cukup efektif dalam menghadapi sikap yang sulit dikendalikan. Namun, bahkan hukuman ringan tidak boleh mengalahkan penggunaan pendekatan pengajaran yang lebih positif.

Tempramen

on Senin, 02 Maret 2009

Para pakar di bidang perkembangan anak percaya bahwa kepribadian kita dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, dan kita terlahir dengan kecenderungan akan perilaku tertentu. Contohnya, beberapa bayi lahir dengan sifat yang sangat aktif dan emosi yang meledak-ledak. Bayi lain cenderung lebih tenang dan kalem. Karena menyadari perbedaan-perbedaan ini semenjak dini, kita menganggap bahwa itu terjadi secara alamiah (faktor bawaan atau biologis lain) bukan hasil asuhan (pengalaman anak-anak). Kata tempera -men sering kali digunakan untuk menggambarkan bermacam-macam sikap yang biasanya ada pada diri kita semenjak dalam kandungan sampai lahir.
Temperamen biasanya memiliki pasang surut, tergantung kondisi yang dihadapi seseorang. Contohnya, orang yang sangat bersemangat dan aktif sering kali menjadi penggerak dan motivator; mereka jago menyelesaikan tugas. Di sisi lain, orang dengan karakter tersebut sulit hidup dengan orang lain karena mereka sering kali merespons secara emosional dan memaksa. Orang yang lebih santai mungkin lebih bisa mendapatkan manfaat karena memiliki hubungan yang lebih tenang dan lancar, tetapi mereka mungkin kurang termotivasi untuk menyelesaikan sendiri tugas yang mereka emban. Kecenderungan pada sikap tertentu bisa jadi memiliki nilai lebih dalam satu tahap tertentu kehidupan seseorang. Contohnya, meskipun mengagumi sifat tegas pada orang dewasa, kita lebih ingin anak-anak memiliki sifat kalem dan pasif.

Akan tetapi, sifat dasar saja tidak bisa dijadikan sandaran akan alasan seseorang bertindak dengan cara tertentu. Kecenderungan alami kita diperkuat atau dilemahkan oleh pengalaman-pengalaman kita. Sepanjang masa kecil dan masa dewasa, temperarnen dan peng-alaman kita secara bersama-sama memengaruhi kepribadian di masa dewasa kita. Ciri-ciri kepribadian ini mencuat dengan sendirinya di dalam pikiran, perasaan, dan tindakan kita dalam berbagai situasi, dan ciri-ciri tersebut sulit untuk diubah.
Beberapa karakteristik membuat kepribadian kita menjadi unik dan memengaruhi temperarnen kita.l Anggaplah beberapa karakteristik ini sebagai
cara berperilaku kita yang paling afami. Kita tidak bersikap begitu terus-menerus, dan kecenderungan pribadi kita juga tidak harus dalam salah satu kategori di sini. Sebagaimana tindakan-tindakan yang lain, tindakan-tindakan ini menjadi satu kesatuan. Inilah 11 karakteristik yang mengilustrasikan aspek-aspek yang berbeda dari temperarnen:

1. Tingkat keaktifan.
Setiap anak lahir dengan tingkat keaktifan yang berbeda. Sebagian anak terlihat tenang, sementara anak-anak yang lain tak bisa diam. Balita yang sangat aktif akan terus bergerak, baik ketika mereka bangun, sedang dimandikan, maupun sedang tidur. Ketika membangunkannya pada pagi hah, Anda bisa menemukan dia tidur di ujung lain tempat tidur. Bayi-bayi yang tidak begitu aktif tidak begitu banyak bergerak. Saat anak-anak menjadi lebih besar, sebagian anak mungkin akan berlari-lari, sementara yang lain duduk tenang untuk waktu yang cukup lama memerhatikan sebuah buku. Di sekolah dasar, anak-anak dengan tingkat aktivitas yang tinggi cenderung memilih permainan yang keras atau kegiatan di luar ruangan. Mereka yang tidak begitu aktif cenderung untuk memilih suasana yang lebih tenang mengikuti kegiatan di dalam ruangan.

2. Ambang rangsangan.
Sebagian anak bere-aksi dengan sangat cepat terhadap rangsangan kecil, sementara anak lain membutuhkan dorongan yang lebih kuat. Anak-anak dengan ambang rangsangan yang rendah bereaksi sangat kuat terhadap peristiwa-peristiwa kecil. Contohnya, seorang anak dengan ambang rasa sakit yang rendah jika terkena pukulan mungkin akan menangis untuk waktu yang cukup lama, bahkan jika pukulan itu tidak berbekas sekalipun. Anak-anak ini mungkin juga lebih sensitif terhadap sinar, suara, dan keramaian. Sedangkan anak dengan ambang sakit yang lebih tinggi, sebaliknya membutuhkan stimulasi lebih banyak lagi agar dapat merespons. Mereka bisa menoleransi rasa sakit yang lebih menusuk, atau menikmati suara keras, sinar terang, dan stimulasi sosial yang keras.
Anak-anak dengan ambang rangsangan yang rendah mungkin juga lebih sensitif dalam menghadapi orang lain. Mereka akan mengetahui jika terjadi sedikit saja perubahan ekspresi, nada suara atau bahasa tubuh seseorang dan mereka akan menyesuaikan sikap. Penghargaan sosial (seperti ucapan, "Terima kasih telah membereskan kamarmu") dan hukuman ringan ("Karena kamu mendorong adik kamu, kamu harus tinggal di kamarmu selama 10 menit") sering kali cukup untuk memperbaiki sikap mereka.
Sebaliknya, anak dengan ambang rangsangan yang tinggi, biasanya membutuhkan masukan langsung sebelum mereka melihat ada sesuatu yang salah. Penghargaan sosial yang lebih kuat (seperti, "Terima kasih banyak ya, telah membereskan
kamarmu" dengan suara yang lebih keras dan ekspresi yang lebih kentara), dengan menyediakan penghargaan yang nyata (seperti stiker atau poin untuk mendapatkan hak yang istimewa) mungkin dibutuhkan. Respons negatif juga perlu disuarakan lebih keras dan tegas, dengan nada suara yang pas. Bagaimanapun perlu diingat, bahwa dengan anak-anak sulit mana pun, hukuman yang terlalu keras, seperti berteriak dan memukul, dapat menciptakan banyak emosi negatif, dan itulah alasan mengapa hukuman keras biasanya tidak efektif dan sering kali membuat masalah menjadi lebih buruk.

3. Intensitas emosional.
Sebagian anak memperlihatkan ekspresi emosional yang lebih kuat dibandingkan dengan anak lain. Anak-anak yang mempunyai intensitas emosional yang tinggi umumnya merasakan dan mengekspresikan emosi dengan kuat. Anak-anak seperti ini bisa menjadi sangat marah ketika harus berhenti bermain. Mereka akan menjadi sangat sangat sedih apabila ikan emasnya mati dan mereka akan sangat senang ketika mereka boleh tidur lebih malam dan menonton tayangan tertentu di televisi. Sebaliknya, anak-anak dengan intensitas emosional yang rendah, tidak hanya bersikap lebih kalem, tetapi juga menjalani hidup dengan lebih santai. Anak-anak ini tidak memperlihatkan perasaannya secara terbuka atau bereaksi secara emosional. Mereka umumnya digambarkan sebagai anak-anak yang relaks,

4. Cara pandang.
Sepertinya ada perbedaan sejak lahir dalam cara pandang seseoranglyaitu apakah anak-anak merespons suatu situasi dengan reaksi yang wajar, cara pandang positif, atau reaksi yang tidak menyenangkan dan lebih negatif. Anak-anak yang memiliki cara pandang negatif lebih dominan akan sering menangis, lebih sering mengeluh, dan lebih marah, bahkan untuk hal-hal yang sedikit menyulitkan. Sebaliknya, anak-anak yang positif, lebih banyak tersenyum, lebih bahagia menjalani hidup, dan lebih santai menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Cara pandang seseorang, baik sebagai orang yang pesimistis maupun optimistis bisa jadi berakar dari karakteristik ini.

5. Keteraturan.
Kita pasti pernah melihat anak-anak yang tampaknya hidup dengan mengikuti jadwal internal yang teratur dan mereka yang hidupnya kurang teratur. Anak-anak yang hidupnya teratur, semenjak kecil, bisa diperkirakan memiliki jam makan, jam tidur yang teratur, dan bahkan kebiasaan-kebiasaan meninggalkan hal-hal yang tak bermanfaat. Anak-anak yang tidak teratur jauh lebih sulit untuk diprediksi. Contohnya, seorang anak bisa jadi sudah siap tidur pada jam yang sama setiap malamnya, sementara saudara perempuannya tidur pada pukul 9 malam pada suatu malam atau pada pukul setengah delapan pada
malam yang lain. Anak yang teratur meminta sarapan, makan siang, makan malam, dan ngemii pada waktu yang sama setiap hah. Anak yang lebih sulit diprediksi bisa jadi menolak sarapan, kemudian makan dengan porsi yang agak banyak pada waktu makan siang, mengeluh lapar satu jam kemudian, dan makan sedikit sekali pada saat makan malam. Kecenderungan temperamental terhadap
keteraturan atau ketidakteraturan bisa jadi berhubungan dengan keterampilan bersikap tertib dan teratur.

6. Rentang konsentrasi.
Anak-anak yang memiliki rentang konsentrasi singkat gampang teralihkan perhatiannya, dan kegiatan yang sedang mereka lakukan bisa dengan mudah terganggu oleh hal-hal kecil lain. Perhatiannya mudah terbagi, baik oleh peristiwa di luar (bunyi klakson di luar jendela) maupun peristiwa di dalam (lamunan terbang ke ruang angkasa). Namun, anak-anak yang memiliki keteguhan, dapat bertahan atau kembali ke aktivitas yang sedang dijalankannya di tengah hambatan yang tampaknya tidak mungkin diatasi. Sebagainya contoh, anak-anak tersebut bisa mengerjakan perkalian, sedangkan di sebelah kamar terdengar suara radio yang sangat keras dan orang-orang sedang berdebat. Jika anak tersebut menyadari gangguan ini, mungkin mereka akan merasa terganggu sebentar saja. Anak tersebut tetap mengerjakan tugasnya dalam jangka waktu yang lama, meskipun tugasnya itu membosankan dan perlu usaha yang keras.
Seperti karakteristik temperamental yang lain, yang memiliki sisi negatif dan positif, demikian juga halnya dengan rentang konsentrasi. Seorang bayi dengan rentang konsentrasi yang lebih pendek dapat dengan mudah dialihkan dari rasa lapar sementara botol susu sedang dipanaskan. Setelah bayi beranjak besar, perhatiannya yang mudah dialihkan ini bisa menjadi kelemahannya: Dia mungkin akan sulit berkonsentrasi mengerjakan pekerjaan rumahnya di ruangan yang berisik. Keteguhan juga dapat menjadi suatu yang positif jika seorang anak tahan mengerjakan tugas yang sulit, seperti menghafal kata-kata untuk ikut dalam perlombaan mengeja. Akan tetapi, ketika seorang anak menolak untuk membuang sampah karena sedang asyik bermain, orang-tua yang frustrasi bisa jadi menyangka bahwa anak tersebut keras kepala.

7. Kemampuan beradaptasi.
Semenjak masa balita, anak-anak memiliki kemampuan beradaptasi yang bervariasi: bagaimana mereka bereaksi ketika bertemu orang baru atau situasi baru. Sebagian anak bisa beradaptasi dengan sangat cepat, sementara yang lain menghindar dan membutuhkan waktu. Sebagian anak agak lambat beradaptasi dengan orang atau situasi baru, dan tidak mudah beradaptasi dengan kondisi seperti itu. Anak-anak yang lain bisa jadi pada awalnya menarik diri, tetapi dapat beradaptasi dalam waktu yang relatif cepat.

8. Ekstrover atau introver.
Semenjak masih kecil, anak-anak sudah mempunyai keragaman sikap dalam hal berhubungan dengan lingkungan. Anak-anak yang ekstrover menikmati saat-saat bersama orang lain | mereka berkembang dengan cepat dalam energi rangsangan sosial dan senang bertemu orang-orang baru. Anak-anak introver cenderung lebih pendiam. Mereka lebih senang bermain sendiri dan lebih memilih kelompok kecil dibandingkan orang banyak.

9. Kepekaan dan intuisi.
Ketika anak-anak mu-lai sekolah, Anda akan melihat bahwa mereka memproses informasi dengan cara yang berlainan. Inilah perbedaan antara kepekaan dan intuisi, sifat-sifat yang mungkin menggambarkan pengalaman mereka selama ini, selain sifat temperamentalnya sejak lahir.2 Orang-orang yang lebih peka lebih memilih informasi tentang segala sesuatu yang ada di sekitar mereka berdasarkan kelima pancaindra mereka. Mereka cenderung menjadi orang yang praktis, orang yang berpegang pada kenyataan dan sangat memerhatikan detail, khususnya jika detail tersebut tidak terlalu rumit. Sebaliknya dengan orang-orang yang intuitif, cenderung menjadi seorang yang idealis dan melibatkan diri dalam pemikiran bagaimana jika. Mereka memerhatikan gambaran secara menyeluruh dan bisa jadi mengabaikan hal-hal yang praktis. Pemikir intuitif bekerja berdasarkan pengetahuan atau rasa berani dari pengalaman yang mereka dapat. 10. Menggunakan pikiran atau perasaan. Setelah memperoleh informasi, anak-anak mengevaluasinya dengan cara yang berbeda-beda. Anak-anak yang tergolong pemikir cenderung membuat keputusan-keputusan berdasarkan benar dan salah, dan apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan. Mereka cenderung mengambil kesimpulan berdasarkan fakta dan tanpa dipengaruhi perasaan. Rasa keadilan dan sportivitas cenderung kuat dan mereka secara alami tidak mementingkan perasaannya sendiri ataupun orang lain dalam mengevaluasi berbagai situasi.
Sebaliknya, anak-anak yang perasa, mengambil keputusan berdasarkan bagaimana efeknya kepada orang lain. Mereka mencari hasil harmonis yang mereka pikir benar. Nilai diri sendiri dan orang lain serta pilihan yang bersifat subjektif sering kali memengaruhi keputusan-keputusan yang diambilnya. Anak-anak ini menempatkan prioritas yang tinggi dalam hal menyenangkan orang lain dan mempertahankan keharmonisan daripada melakukan sesuatu secara kaku.

11. Suka menilai atau pemerhati.
Karakteris-tik ini menitikberatkan pada seberapa besar struktur dan prakiraan yang dibutuhkan seorang anak dalam kehidupannya. Individu yang suka menilai biasanya lebih tertib dan lebih memilih menyelesaikan beragam masalah dalam berbagai situasi. Mereka suka merencanakan jadwal harian dan mengikuti rencana tersebut. Mereka tidak suka kejutan. Anak
dengan tipe pemerhati secara alamiah bersifat spontan dan cenderung mengikuti arus. Anak-anak ini menyukai kejutan dan bisa jadi merasa terkekang dengan adanya jadwal yang telah direncanakan.
sebelumnya baca dulu anak sulit diatur

Perilaku sulit dikendalikan

Memahami perilaku yang sulit dikendalikan

Kadang mudah memahami mengapa seseorang bersikap tertentu. Contohnya, seseorang yang dirundung duka atas meninggalnya salah seorang anggota keluarganya, dia akan terlihat sangat sedih dan kacau pikirannya. Seseorang yang terlambat datang ke kantor mungkin akan membentak orang lain. Akan tetapi, alasan orang bersikap, tidak selalu bisa ditelusuri sebab-sebabnya secara spesifik. Banyak faktor yang saling berkaitan dalam memengaruhi bagaimana seseorang bersikap.

Misalnya, Anda sedang flu berat. Anda mung-kin merasa lemas tidak bertenaga dan tidak dapat berpikir dengan jernih. Apakah Anda akan tinggal di rumah atau pergi bekerja? Tindakan yang Anda ambil bergantung pada banyak faktor Ikephbadian dan kecenderungan Anda, pekerjaan Anda, lingkungan tempat Anda bekerja, reaksi teman sekerja Anda. Semua ini turut memegang peran dalam keputusan yang Anda ambil, secara sadar ataupun tidak.
Tindakan anak-anak juga terpengaruh oleh banyak faktor | faktor-faktor penting dan sepele, masa kini dan masa lalu, sikap bawaan dan pengaruh sosial. Para peneliti telah mempelajari hal-hal tersebut untuk memastikan mana saja yang memiliki dampak yang paling kuat dan bagaimana faktor-faktor tersebut saling berkaitan dalam memengaruhi sikap seseorang. Pemahaman mengenai pengaruh yang paling utama akan membantu Anda memahami beberapa sikap sulit anak-anak Anda. Lima pengaruh tersebut adalah:
1. Temperamen
2. Karakteristik biologis lain
3. Pola asuh
4. Stres keluarga
5. Pengaruh dari luar keluarga

selanjutnya Baca bab tentang Tempramen

Apa yang terjadi bila remaja sulit diatur ?

on Minggu, 01 Maret 2009

Apa yang Terjadi Ketika Anak yang Sulit Diatur Itu Tumbuh Dewasa?

Saat anak-anak tumbuh semakin besar, kebanyakan dari mereka belajar berbagi dan meminta sesuatu, bukan hanya mengambil. Mereka menikmati saat memberi dan menerima ketika bermain, dan Anda mendengar mereka berkata, "Oke, sekarang giliran kamu, kemudian baru aku."
Seperti anak-anak lain, kebanyakan anak yang sulit dikendalikan sebenarnya tahu perilaku-perilaku bersosialisasi yang positif ini. Jika Anda bertanya kepada anak perempuan Anda yang bandel, "Ba gaimana sebaiknya sikapmu jika sedang bermain dengan anak-anak lain?" dia kemungkinan besar
akan menjawab pertanyaan dengan benar: "Bersikap baik, bergiliran, dan ikuti aturan." Namun, dia belum tentu bisa mempraktikkan apa yang dia ketahui. Psikolog anak memiliki pertanyaan tes standar: "Apa yang akan kamu lakukan jika ada anak yang lebih kecil daripada kamu mulai memukulmu?" Salah seorang anak yang sulit dikendalikan menjawab, "Anda mau saya menjawab apa yang sebaiknya saya lakukan atau apa yang akan saya lakukan?"
Selagi anak-anak yang sulit itu menemukan bahwa mereka dapat memiliki apa yang mereka inginkan dalam waktu yang relatif singkat, mereka harus mau menanggung konsekuensi yang timbul di kemudian hah. Anak-anak lain tidak mau bermain dengan mereka, dan orang dewasa hampir selalu memberikan respons negatif. Anak-anak yang sulit dikendalikan tersebut mulai merasa terisolasi sebab orang lain menarik diri, yang semakin memperpuruk kepercayaan diri mereka yang rendah dan mereka seperti berada dalam sebuah lingkaran yang menyebabkan masalah-masalah yang ada semakin parah. Anak tersebut merasa ditolak. Anak tersebut menjadi lebih sulit untuk dikendalikan. Anak tersebut semakin ditolak dan perilakunya semakin merusak, bahkan antisosial.
"Anak-anak antisosial merasa dirinya adalah korban kekejaman dan ketidakadilan dunia," kata Gerald Patterson, ahli perilaku anak. "Observasi yang dilakukan di rumah dan di sekolah menunjukkan bahwa persepsinya adalah benar. Diatidak diperlakukan secara adil oleh orang lain. Dia menerima lebih banyak hukuman dan lebih sering diolok-olok dibandingkan dengan anggota keluarga lain di rumah. Dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya yang normal, dia cenderung dikucilkan dan tidak terpilih mengikuti kegiatan kelompok. Pengalamannya sangatlah berbeda dibandingkan dengan teman-teman lainnya yang normal."-
Meskipun demikian, kebanyakan anak yang sulit dikendalikan membutuhkan dukungan sosial. Jadi, siapakah yang akan mereka cari ketika mereka tidak mendapatkan dukungan dari mana pun? Mereka cenderung mencari "teman yang menyimpang", anak-anak lain yang mirip mereka: pemarah, tidak tertib, dan sulit diatur.
Hubungan yang kuat dengan sesama anak-anak yang sulit dikendalikan sering kali berarti mereka kehilangan pengalaman yang akan membantu mereka membangun keterampilan sosial yang positif. Dengan kata lain, bergaul dengan anak-anak yang menggunakan cava-cava intimidasi dan kekuasaan untuk memenuhi kebutuhan serta keinginan mereka hanya akan memperkuat perilaku-perilaku sulit tersebut. Ketika anak-anak yang sulit dikendalikan ini kehilangan kesempatan untuk belajar dan mempraktikkan keterampilan sosial memberi dan menerima yang sehat, kerja sama dan sifat tegas yang tepat, mereka akan membuang-buang waktu bergaul dengan anak-anak yang tidak menghargai sekolah dan keberhasilan sosial. Hasil akhirnya, mereka akan memiliki masalah
bersosialisasi dengan orang selama hidupnya dan kurang memiliki motivasi untuk berhasil, baik di sekolah maupun di tempat lain.
Besarnya hantaman terhadap penghargaan diri dan kurangnya ke-terampilan bereaksi secara tepat bisa menyebabkan depresi selama masa remaja dan dewasa. Anak remaja dan dewasa yang sulit dikendalikan mungkin tidak menampakkan kesedihannya, tetapi tingkah laku mereka dapat memperdalam penderitaan mereka. Mereka mungkin akan tumbuh menjadi orang yang sangat menyebalkan, kurang motivasi, merasa tidak ada harapan, dan memiliki selera makan serta tidur tidak teratur; banyak yang menyalahgunakan minuman beralkohol, narkoba, atau obat-obatan lainnya. Menjelang usia 18 tahun, 20 persen dari semua remaja pernah mengalami paling sedikit satu kali depresi berat.i Jadi, tidaklah salah untuk percaya bahwa angka ini lebih tinggi pada anak-anak yang belum mengembangkan hubungan sosial yang kuat dan keterampilan menangani masalah-masalah sulit.
Penelitian menemukan bahwa anak-anak yang sulit dikendalikan cenderung menjadi orang dewasa yang sulit, bahkan jika kebanyakan anak yang sulit dikendalikan tersebut tidak memiliki masalah yang serius. Kurangnya pendidikan, kurang sukses di kantor, dan hubungan dekat yang bermasalah akan sangat memengaruhi kualitas hidup mereka. Risiko yang paling besar dihadapi orang yang sulit dikendalikan adalah ketika mereka terus-menerus menyalahgunakan alkohol dan obat-obatan lain serta berbagai penyakit psikologis lainnya. Perubahan-perubahan seperti ini akan menimbulkan kerugian yang sangat besar, tidak saja bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga keluarga dan masyarakat luas.

Masih Ada Harapan
Meskipun sangat mengerikan mengetahui apa yang akan terjadi kepada anak yang sulit dikendalikan jika mereka tidak segera mendapatkan pertolongan, sebenarnya orangtua memiliki kekuatan untuk memengaruhi anak-anak mereka dengan cara yang positif. Anda dapat mengubah respons Anda kepada anak Anda yang sulit dikendalikan. Anda dapat membantu mematahkan lingkaran penolakan yang akan menyebabkan mereka tambah terpuruk. Itulah inti buku ini.
Perilaku dramatis, melawan, dan menentang anak-anak yang sulit dikendalikan sangatlah sulit untuk diabaikan. Akan tetapi, bahkan anak yang paling sulit dikendalikan dapat menjadi anak yang penuh kasih, penuh perhatian, dan sopan Imelebihi apa yang kita sadari. Setelah kita belajar strategi-strategi baru untuk menghadapi
masalah-masalah, kita akan belajar untuk melihat sisi positif yang dimiliki oleh anak-anak kita.
Dan, kabar baiknya adalah sudah tersedia solu-si untuk banyak permasalahan. Anda dapat belajar strategi-strategi yang akan membantu Anda bekerja sama dengan anak Anda sehingga Anda dan
anak Anda masing-masing dapat merespons secara berbeda. Mempelajari lebih banyak teknik mengasuh yang produktif tidak secara otomatis menghilangkan perilaku yang merusak, tetapi setidaknya kita akan memiliki kontrol lebih besar terhadap pola asuh kita dibandingkan terhadap faktor-faktor lain yang turut memperburuk masalah, khususnya jika kita mulai lebih dini.[]

Apakah Anak Laki-Laki Lebih Sulit diatur?

Meskipun anak laki-laki maupun perempuan bisa sulit dikendalikan, anak laki-laki lebih sering menunjukkan perilaku-perilaku yang kita anggap sulit: gembira berlebihan dan kadang-kadang melakukan kegiatan fisik yang agresif, menentang, menolak otoritas. Kita juga menganggap perilaku-perilaku tersebut sebagai "maskulin". Perbedaan-perbedaan ini disebabkan oleh adanya aspek sosial dan biologis. Tingkat perkembangan kecerdasan dan fisik anak laki-laki dan anak perempuan berbeda. Anak-anak perempuan memiliki perkembangan keterampilan motorik yang lebih baik dan mulai membaca lebih awal dibandingkan dengan anak laki-laki dan cenderung lebih berprestasi di sekolah di kelas-kelas awal. Anak laki-laki, sebaliknya, tidak dihargai di sekolah atas keterampilan visual dan spasial serta reaksi fisik yang impulsif. Rasa frustrasi mereka bisa muncul ketika mereka dipaksa duduk manis di kursi mereka selama hampir seharian penuh.
Walaupun banyak hal berubah di masyarakat, orangtua sering kali cenderung masih membesarkan anak laki-laki dan perempuan secara berbeda. Orangtua, khususnya ayah, cenderung bermain lebih keras dengan anak laki-lakinya, sedangkan anak perempuan dianggap lebih rapuh. Para ayah akan cenderung lebih memaklumi agresivitas yang diperlihatkan anak laki-laki mereka karena "begitulah
anak laki-laki". Juga ketika masyarakat bisa lebih menerima bahwa perempuan dan wanita dapat menyayangi sekaligus memiliki keinginan yang kuat, emosional sekaligus tabah, banyak anak laki-laki dan pria dewasa yang masih terjebak pada peran gender yang kaku yang membatasi seberapa banyak ekspresi emosional yang bisa diterima. Perempuan diberi penghargaan atas sensitivitas, kelembutan, dan perasaan kasih, sedangkan laki-laki didorong untuk menonjolkan emosinya, juga menyembunyikan sisi lembut mereka dan kebutuhan mereka akan kasih sayang serta kehangatan. Bagi sebagian anak laki-laki, kemarahan adalah reaksi emosional terhadap rasa frustrasi yang paling bisa diterima secara luas.

Bagaimana Kesulitan Bertambah Parah
Menurut Gerald Patterson, seorang psikolog di Oregon Social Learning Center yang telah mempelajari anak yang sulit dikendalikan secara ekstensif, perilaku bermasalah umumnya meningkat dan peningkatannya dapat diprediksi: dari ketidaktaatan menjadi amarah dan kadang menjadi agresivitas. Jika perilaku bermasalah ini tidak ditangani dengan efektif sejak dini, perilaku anak-anak ini kemungkinan akan tambah buruk, seperti menjadi pembohong berat, mencuri, dan melakukan tindak kekerasan. Dan, risiko ini tambah besar jika permasalahan dibiarkan semakin lama.
Sebagai contoh, James adalah seorang anak yang sulit dikendalikan. Suatu malam, dia sedang bermain video game favoritnya ketika sang ayah menyuruhnya untuk membuang sampah. James mengabaikan perintah ayahnya dan terus bermain. Kemudian, sang ayah menyuruhnya dengan lebih keras lagi, "James, Ayah bilang waktunya buang sampah!" Nada perintah yang keras ini menarik perhatian James. "Aku masih main, Ayah!" teriaknya sambil melompat dan mengentakkan kaki.
Sang ayah yang sedang lelah menyadari kemarahan anaknya. "Kerjamu hanya main saja di rumah ini," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri, dan dia sendirilah yang akhirnya membuang sampah.
Dengan menentang ayahnya, James keluar dari tanggung jawab yang tidak menyenangkan (untuk membuang sampah) sambil melanjutkan kegiatan yang dia sukai (bermain video game). Dia belajar bahwa yang diperlukannya hanyalah menunggu beberapa menit hingga tiba waktunya untuk berlagak marah. Dia jelas sekali telah menggunakan taktik itu sebelumnya dan merasa bahwa taktik itu bisa diulangi lagi. Perilaku menentang diulangi lagi karena sering kali berhasil.

Ke Mana Kesulitan-Kesulitan Berujung
Makin lama, kesulitan-kesulitan cenderung meningkat dan para orang-tua mulai merasa tidak berdaya memengaruhi anaknya. Hal ini menjadi sebuah lingkaran setan: Ketika orangtua mencoba menundukkan sang anak, anak pun bereaksi lebih
keras dan sengit ketimbang orang-tuanya. Dari rasa marah, kesal, bersalah, atau frustrasi, banyak orangtua mulai menghindari anaknya dengan harapan dapat mengurangi konflik. Mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat sehingga mereka mundur, berharap perilaku-perilaku bermasalah anak mereka mereda dengan sendirinya.
Akan tetapi, menghindar hanya akan membuat hubungan bertambah buruk. Ketika orangtua berusaha mengurangi konflik dengan cara menghindari anak mereka, anak akan merasa ditolak. Anak yang suka memaksa mengalami banyak respons negatif dan penolakan terhadap perilaku-perilaku mereka, dan secara tidak sadar melihat diri mereka sebagai pribadi yang "nakal". Mereka merasa tidak dicintai dan bertingkah laku layaknya anak yang tidak dicintai.
Banyak anak yang sulit dikendalikan bertingkah laku tidak normal di tempat penitipan anak, sekolah, dan tempat-tempat lain di luar rumah, dan hal tersebut hanya akan menambah stres. Dan, seperti yang terjadi di rumah, perilaku seperti ini mengakibatkan penolakan lebih lanjut dari orang-orang penting dalam kehidupan mereka. Mereka mungkin tidak akan diundang ke pesta teman-temannya, atau ke pesta yang diselenggarakan para tetangga ketika mereka sekeluarga tidak di rumah.
Sejalan dengan memburuknya hubungan tersebut, nilai akademik juga akan terganggu karena masalah perilaku ini. Ini bukan berarti anak yangsulit dikendalikan itu tidak pandai, melainkan mereka sering kali menolak apa yang diperintahkan guru kepada mereka. Ketika mereka beranjak dewasa, mereka menanggung risiko yang lebih serius akibat permasalahan perilaku ini di sekolahnya, seperti kegagalan, sering absen, dan mangkir.
Orangtua pun akan merasa terisolasi dan tidak mampu, dan ini makin memperburuk hubungan orangtua dengan anak. Dalam hati, mereka mungkin berpikir, "Jika saja bukan karena kamu, hidup ini akan terasa lebih menyenangkan. Kita akan memiliki banyak teman. Aku akan bahagia berada bersama keluarga, bukannya takut," dan makin merasa tambah bersalah atas pemikiran tersebut.

Bagaimana Masalah yang Lebih Serius Muncul
Bayangkan bahwa Anda anak yang sulit dikendalikan. Anda merasa tidak diterima oleh orangtua Anda. Para tetangga menghindar. Saudara-saudara tidak lagi mengundang keluarga Anda untuk kumpul bersama-sama mereka. Anak-anak lain tidak mau main dengan Anda dan Anda juga tidak terlalu berprestasi di sekolah. Apa yang akan Anda lakukan?
Sebagian dari anak-anak yang seperti itu mulai bertingkah semakin parah. Mereka bahkan mungkin menjadi pemalak, berkelahi dengan anak-anak lain. Mereka sering berbohong dan menipu, bahkan mungkin mencuri atau melakukan pembakaran. Sebagian lagi menjadi kejam pada binatang atau
orang. Memang, tidak semua anak yang sulit
dikendalikan berperilaku seperti itu, tetapi jika
seorang anak berperilaku seperti itu, masalahnya sudah menjadi lebih serius.

Tanda-Tanda Bahaya
Jika anak Anda sering kali menunjukkan beberapa tanda berikut ini, carilah pertolongan kepada ahlinya. Tanda-tanda tersebut bisa jadi menunjukkan perilaku tidak normal yang serius.2
■ Memalak dan mengancam orang
■ Sering bersikap agresif
■ Kejam terhadap binatang-binatang
■ Kejam kepada orang
■ Mencuri
■ Destruktif
■ Bohong berat
■ Melakukan pembakaran


Semasa prasekolah, sikap yang kadang-kadang agresif, destruktif, dan bohong bisa jadi merupakan bagian perkembangan normal se-orang anak. Perbedaan antara perilaku normal dan tidak normal bergantung pada beberapa faktor: Apakah anak tersebut sedang mengalami stres berat? Apakah perilaku seperti ini hanya terjadi di rumah? Seringkah perilaku merusak itu terjadi? Ataukah jarang? Jika demikian, bisa jadi Anda melihat perilaku yang normal. Anak-anak kecil, misalnya, bisa jadi secara tidak sengaja berlaku kejam pada binatang karena mereka tidak mengerti kekuatan mereka sendiri. Mengawasi dan memberi contoh kepada mereka mengenai bagaimana harus berperilaku lembut, dapat membantu anak-anak belajar bagaimana memperlakukan binatang. Demikian juga, orangtua dapat mengarahkan anak-anak untuk menjauhi perilaku-perilaku yang mengganggu seperti memalak.
Akan tetapi, kalau anak-anak lebih sering bertingkah tidak normal dan lebih intens, dan di luar rumah, perilaku tersebut sudah tidak normal. Dan, ketika anak-anak beranjak besar dan kemungkinan telah lebih mengerti tentang konsekuensi dari perilaku-perilaku mereka, kita dituntut untuk lebih waspada lagi.
Anda harus sangat peduli jika melihat sedikitnya empat perilaku tanda bahaya sering kali muncul dengan intensitas "sedang" sampai tingkatan "mengkhawatirkan". Sangat agresif, kejam, mencuri, dan melakukan pembakaran merupakan tanda-tanda yang mengkhawatirkan. Bantuan seorang ahli jelas sangat dibutuhkan. Seorang ahli dapat mengevaluasi situasi dari faktor psikologis dan biologis serta bekerja sama secara langsung dengan Anda dan anak Anda untuk mengurangi permasalahan yang timbul . Ketika kesulitan-kesulitan yang muncul demikian hebat, obat-obatan dapat membantu, khususnya ketika anak Anda juga memiliki perilaku hiperaktif dan impulsif.

Bagaimana dengan ADHD?
Perilaku sulit dikendalikan sering kali diikuti dengan masalah kekurangan perhatian pada anak-anak yang hiperaktif (Attention Deficit Hyperactivity Disorder—ADHD). ADHD merupakan masalah yang kompleks gabungan dari kurangnya perhatian, terlalu menurutkan kata hati, dan hiperaktif. Penyakit ini disebabkan oleh neuro psikologis dan mungkin disebabkan oleh faktor genetis. Anak-anak yang diketahui menderita ADHD umumnya merupakan anak-anak yang sulit dikendalikan, tetapi tidak semua anak yang sulit dikendalikan mengidap ADHD. Anak-anak dengan ADHD sering kali berhasil ditangani dengan bantuan para ahli dan kadang dengan obat-obatan.
Jika Anda curiga anak Anda memiliki masalah kurangnya perhatian dan kontrol-diri, buku ini dapat membantu, tetapi buku ini saja tidak dapat menjawab semua persoalan yang muncul pada saat kita mengasuh anak seperti ini. Konsultasikan kepada dokter atau ahli kesehatan mental yang dapat menangani anak Anda.