Ketegangan dalam Keluarga

on Rabu, 04 Maret 2009

Ketegangan dalam Keluarga

Dalam menjalani kehidupan keseharian yang penuh keruwetan, semua anggota keluarga mengalami ketegangan, dan ketegangan dalam keluarga dengan jelas dapat memengaruhi bagaimana anak-anak bersikap. Bahkan, kesulitan yang kecil sekalipun, jika sering dan berkelanjutan, dapat menimbulkan permasalahan yang cukup berarti bagi orang dewasa dan anak-anak. > Seiring perjalanan waktu, bangun pagi penuh omelan pukul 05.00, berangkat pukul 06.30 dan tiba di rumah untuk makan malam pukul 6 sore, kemudian mengerjakan pe-er, mandi, dan rutinitas waktu tidur, semua itu akan sangat memengaruhi interaksi antaranggota keluarga.
Ketegangan memengaruhi anak-anak karena ketegangan juga me-mengaruhi cara orangtua bersikap. Orangtua yang tegang karena masalah kerja, akibat kondisi keuangan, depresi, benturan prioritas, atau masalah-masalah pernikahan tidak memiliki banyak energi untuk mengasuh dengan baik. Ketika hal ini terjadi, orangtua bisa bereaksi secara berlebihan terhadap sikap anaknya dengan cara kekerasan|atau dengan cara mengabaikan sikap yang bermasalah. Hasilnya, anak menjadi kurang kooperatif dan hubungan antara orangtua dan anak juga menjadi bermasalah dan tegang.

Ketegangan hubungan suatni istri.
Para profesional berbeda pendapat tentang bagaimana percekcokan antarorangtua yang relatif ringan berpengaruh terhadap anak-anak. Namun, ketika orangtua bermusuhan secara terbuka, dampaknya kepada anak-anak sangatlah negatif.
Yang menjadi masalah pada khususnya adalah ketika orangtua berbeda pendapat mengenai cara mengasuh anak: biasanya salah satu orangtua bereaksi dengan sikap yang keras dan kasar kepada anak, sementara orangtua satunya tidak bisa menetapkan batasan-batasan. Lebih jauh orangtua bisa tidak sepakat mengenai sikap-sikap mana yang perlu didisiplinkan. Sang ayah bisa berpendapat bahwa sopan santun anaknya di meja makan perlu diperbaiki, sementara Ibu berkeras bahwa sopan santun anaknya di meja makan baik-baik saja. Perbedaan yang besar antara apa yang diinginkan masing-masing orangtua hanya akan membuat anak tersebut bingung, dan bersikap tidak konsisten, tidak tahu bagaimana harus bersikap.
Pada akhirnya, anak-anak belajar bahwa ada cava-cava tertentu kepada Ibu dan cara yang lain lagi kepada Ayah. Jika sang ayah orang yang keras, anak-anak mungkin pergi kepada ibunya ketika mereka menginginkan sesuatu. Anak-anak belajar
memanipulasi situasi dan orang-orang untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan atau butuhkan. Tentu saja, kadang kita juga berlaku demikian, tetapi anak-anak yang berada di antara dua orangtua yang memiliki keinginan yang berbeda akan menjadi lihai memanipulasi.

Tekanan sebagai orangtua tunggal.
Coba renungkan ketegangan yang dialami dua orangtua lengkap saat membesarkan anak yang sulit, gandakan, dan itulah kira-kira derita yang dihadapi orangtua tunggal. Orangtua tunggal memiliki waktu yang sedikit dan sering kali memiliki sumber keuangan yang lebih sedikit. Orangtua tunggal mungkin akan merasa sulit menyerahkan anaknya kepada orang lain. Dan, hanya karena orangtua si anak tidak lagi bersama-sama, tidak berarti konflik berhenti. Orangtua yang saling berjauhan sering kali masih berselisih mengenai disiplin dan waktu kunjungan, dukungan keuangan dan nilai-nilai, serta semua itu menjadi pengaruh buruk bagi anak.
Sebagian orangtua tunggal, seperti janda/duda atau orangtua angkat, mengalami ketegangan khusus. Orangtua-janda/duda-mengalami kesedihan dan perubahan hidup yang besar yang bisa membatasi kemampuannya untuk menghadapi sikap seorang anak. Orangtua angkat tunggal yang mencoba menggantikan ketidakhadiran orangtua kandung bisa merasakan tekanan yang lebih besar untuk menjadi orangtua yang sempurna.

Ketegangan keluarga tiri.
Salah satu kondisi stres yang paling besar bagi keluarga tiri adalah peran orangtua tiri dalam masalah disiplin. Anak-anak sering kali merasa bahwa mereka tidak perlu mendengarkan orangtua tiri mereka. Garis pemisah segera muncul mengenai siapa milik siapa dalam keluarga.
Ketika George Morgan menikahi Debbie, dia membawa Michael anak laki-lakinya yang berusia 6 tahun dari perkawinan sebelumnya, dan Debbie membawa Melissa anak perempuannya yang berusia 9 tahun. Beberapa bulan setelah perkawinan tersebut, Melissa mulai melawan ibunya. Debbie tidak membiarkan Melissa melanjutkan sikapnya itu dan bertengkar dengan Melissa mengenai caranya bersikap itu. Melissa tidak mau mengalah, demikian juga ibunya.
Pada akhirnya, pertengkaran tersebut membuat George jengkel. Suatu hah, George menumpahkan kekesalannya kepada Melissa karena
berteriak-teriak pada ibunya dan Melissa berlari dari ruangan sambil menjerit-njerit, "Kamu bukan ayahku! Aku tidak perlu mendengarkan kamu!" Debbie marah kepada George karena telah berlaku kasar kepada Melissa, dan Debbie menuduh George menginginkan Melissa sesempurna "Michael sayang"-nya.
Keluarga tiri juga bisa mengalami ketegangan dalam menghadapi pasangan sebelumnya. Meskipun banyak orangtua kandung bisa bersikap baik untuk kepentingan anak-anaknya, ada sebagian orangtua
yang membawa konflik keluarga sebelum perceraian hingga terus terbawa setelah perceraian. Ini juga terjadi pada keluarga Morgan.
Sebagai bagian dari perjanjian atas percerai-annya, mantan suami Debbie, Rick dapat mengunjungi Melissa setiap 2 minggu sekali. Namun, Rick tidak memberikan tunjangan untuk anaknya secara rutin. Rick mengatakan kepada Melissa, "Ibumu mencoba membuatku miskin." Melissa yang marah meminta ibunya agar jangan berlaku terlalu keras kepada sang ayah. Debbie mengalah karena dia tidak ingin Melissa tambah tertekan.
Akan tetapi, ayah tiri Melissa, George, sangat marah. George ingin Debbie menuntut Rick melalui pengadilan agar Rick mau membayar apa yang seharusnya menjadi tanggung jawab Rick. Debbie merasa tambah terluka; dia dan George secara terbuka bertengkar mengenai hal tunjangan ini, yang membuat Melissa lebih sedih lagi.
Ketegangan demi ketegangan menjadikan anak-anak dan kualitas kehidupan berkeluarga sebagai korban. Ketika Anda menjadikan perilaku bermasalah anak-anak tambah parah, ketegangan semua anggota keluarga akan tak tertanggungkan lagi.

0 komentar: