Apakah Anak Laki-Laki Lebih Sulit diatur?

on Minggu, 01 Maret 2009

Meskipun anak laki-laki maupun perempuan bisa sulit dikendalikan, anak laki-laki lebih sering menunjukkan perilaku-perilaku yang kita anggap sulit: gembira berlebihan dan kadang-kadang melakukan kegiatan fisik yang agresif, menentang, menolak otoritas. Kita juga menganggap perilaku-perilaku tersebut sebagai "maskulin". Perbedaan-perbedaan ini disebabkan oleh adanya aspek sosial dan biologis. Tingkat perkembangan kecerdasan dan fisik anak laki-laki dan anak perempuan berbeda. Anak-anak perempuan memiliki perkembangan keterampilan motorik yang lebih baik dan mulai membaca lebih awal dibandingkan dengan anak laki-laki dan cenderung lebih berprestasi di sekolah di kelas-kelas awal. Anak laki-laki, sebaliknya, tidak dihargai di sekolah atas keterampilan visual dan spasial serta reaksi fisik yang impulsif. Rasa frustrasi mereka bisa muncul ketika mereka dipaksa duduk manis di kursi mereka selama hampir seharian penuh.
Walaupun banyak hal berubah di masyarakat, orangtua sering kali cenderung masih membesarkan anak laki-laki dan perempuan secara berbeda. Orangtua, khususnya ayah, cenderung bermain lebih keras dengan anak laki-lakinya, sedangkan anak perempuan dianggap lebih rapuh. Para ayah akan cenderung lebih memaklumi agresivitas yang diperlihatkan anak laki-laki mereka karena "begitulah
anak laki-laki". Juga ketika masyarakat bisa lebih menerima bahwa perempuan dan wanita dapat menyayangi sekaligus memiliki keinginan yang kuat, emosional sekaligus tabah, banyak anak laki-laki dan pria dewasa yang masih terjebak pada peran gender yang kaku yang membatasi seberapa banyak ekspresi emosional yang bisa diterima. Perempuan diberi penghargaan atas sensitivitas, kelembutan, dan perasaan kasih, sedangkan laki-laki didorong untuk menonjolkan emosinya, juga menyembunyikan sisi lembut mereka dan kebutuhan mereka akan kasih sayang serta kehangatan. Bagi sebagian anak laki-laki, kemarahan adalah reaksi emosional terhadap rasa frustrasi yang paling bisa diterima secara luas.

Bagaimana Kesulitan Bertambah Parah
Menurut Gerald Patterson, seorang psikolog di Oregon Social Learning Center yang telah mempelajari anak yang sulit dikendalikan secara ekstensif, perilaku bermasalah umumnya meningkat dan peningkatannya dapat diprediksi: dari ketidaktaatan menjadi amarah dan kadang menjadi agresivitas. Jika perilaku bermasalah ini tidak ditangani dengan efektif sejak dini, perilaku anak-anak ini kemungkinan akan tambah buruk, seperti menjadi pembohong berat, mencuri, dan melakukan tindak kekerasan. Dan, risiko ini tambah besar jika permasalahan dibiarkan semakin lama.
Sebagai contoh, James adalah seorang anak yang sulit dikendalikan. Suatu malam, dia sedang bermain video game favoritnya ketika sang ayah menyuruhnya untuk membuang sampah. James mengabaikan perintah ayahnya dan terus bermain. Kemudian, sang ayah menyuruhnya dengan lebih keras lagi, "James, Ayah bilang waktunya buang sampah!" Nada perintah yang keras ini menarik perhatian James. "Aku masih main, Ayah!" teriaknya sambil melompat dan mengentakkan kaki.
Sang ayah yang sedang lelah menyadari kemarahan anaknya. "Kerjamu hanya main saja di rumah ini," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri, dan dia sendirilah yang akhirnya membuang sampah.
Dengan menentang ayahnya, James keluar dari tanggung jawab yang tidak menyenangkan (untuk membuang sampah) sambil melanjutkan kegiatan yang dia sukai (bermain video game). Dia belajar bahwa yang diperlukannya hanyalah menunggu beberapa menit hingga tiba waktunya untuk berlagak marah. Dia jelas sekali telah menggunakan taktik itu sebelumnya dan merasa bahwa taktik itu bisa diulangi lagi. Perilaku menentang diulangi lagi karena sering kali berhasil.

Ke Mana Kesulitan-Kesulitan Berujung
Makin lama, kesulitan-kesulitan cenderung meningkat dan para orang-tua mulai merasa tidak berdaya memengaruhi anaknya. Hal ini menjadi sebuah lingkaran setan: Ketika orangtua mencoba menundukkan sang anak, anak pun bereaksi lebih
keras dan sengit ketimbang orang-tuanya. Dari rasa marah, kesal, bersalah, atau frustrasi, banyak orangtua mulai menghindari anaknya dengan harapan dapat mengurangi konflik. Mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat sehingga mereka mundur, berharap perilaku-perilaku bermasalah anak mereka mereda dengan sendirinya.
Akan tetapi, menghindar hanya akan membuat hubungan bertambah buruk. Ketika orangtua berusaha mengurangi konflik dengan cara menghindari anak mereka, anak akan merasa ditolak. Anak yang suka memaksa mengalami banyak respons negatif dan penolakan terhadap perilaku-perilaku mereka, dan secara tidak sadar melihat diri mereka sebagai pribadi yang "nakal". Mereka merasa tidak dicintai dan bertingkah laku layaknya anak yang tidak dicintai.
Banyak anak yang sulit dikendalikan bertingkah laku tidak normal di tempat penitipan anak, sekolah, dan tempat-tempat lain di luar rumah, dan hal tersebut hanya akan menambah stres. Dan, seperti yang terjadi di rumah, perilaku seperti ini mengakibatkan penolakan lebih lanjut dari orang-orang penting dalam kehidupan mereka. Mereka mungkin tidak akan diundang ke pesta teman-temannya, atau ke pesta yang diselenggarakan para tetangga ketika mereka sekeluarga tidak di rumah.
Sejalan dengan memburuknya hubungan tersebut, nilai akademik juga akan terganggu karena masalah perilaku ini. Ini bukan berarti anak yangsulit dikendalikan itu tidak pandai, melainkan mereka sering kali menolak apa yang diperintahkan guru kepada mereka. Ketika mereka beranjak dewasa, mereka menanggung risiko yang lebih serius akibat permasalahan perilaku ini di sekolahnya, seperti kegagalan, sering absen, dan mangkir.
Orangtua pun akan merasa terisolasi dan tidak mampu, dan ini makin memperburuk hubungan orangtua dengan anak. Dalam hati, mereka mungkin berpikir, "Jika saja bukan karena kamu, hidup ini akan terasa lebih menyenangkan. Kita akan memiliki banyak teman. Aku akan bahagia berada bersama keluarga, bukannya takut," dan makin merasa tambah bersalah atas pemikiran tersebut.

Bagaimana Masalah yang Lebih Serius Muncul
Bayangkan bahwa Anda anak yang sulit dikendalikan. Anda merasa tidak diterima oleh orangtua Anda. Para tetangga menghindar. Saudara-saudara tidak lagi mengundang keluarga Anda untuk kumpul bersama-sama mereka. Anak-anak lain tidak mau main dengan Anda dan Anda juga tidak terlalu berprestasi di sekolah. Apa yang akan Anda lakukan?
Sebagian dari anak-anak yang seperti itu mulai bertingkah semakin parah. Mereka bahkan mungkin menjadi pemalak, berkelahi dengan anak-anak lain. Mereka sering berbohong dan menipu, bahkan mungkin mencuri atau melakukan pembakaran. Sebagian lagi menjadi kejam pada binatang atau
orang. Memang, tidak semua anak yang sulit
dikendalikan berperilaku seperti itu, tetapi jika
seorang anak berperilaku seperti itu, masalahnya sudah menjadi lebih serius.

Tanda-Tanda Bahaya
Jika anak Anda sering kali menunjukkan beberapa tanda berikut ini, carilah pertolongan kepada ahlinya. Tanda-tanda tersebut bisa jadi menunjukkan perilaku tidak normal yang serius.2
■ Memalak dan mengancam orang
■ Sering bersikap agresif
■ Kejam terhadap binatang-binatang
■ Kejam kepada orang
■ Mencuri
■ Destruktif
■ Bohong berat
■ Melakukan pembakaran


Semasa prasekolah, sikap yang kadang-kadang agresif, destruktif, dan bohong bisa jadi merupakan bagian perkembangan normal se-orang anak. Perbedaan antara perilaku normal dan tidak normal bergantung pada beberapa faktor: Apakah anak tersebut sedang mengalami stres berat? Apakah perilaku seperti ini hanya terjadi di rumah? Seringkah perilaku merusak itu terjadi? Ataukah jarang? Jika demikian, bisa jadi Anda melihat perilaku yang normal. Anak-anak kecil, misalnya, bisa jadi secara tidak sengaja berlaku kejam pada binatang karena mereka tidak mengerti kekuatan mereka sendiri. Mengawasi dan memberi contoh kepada mereka mengenai bagaimana harus berperilaku lembut, dapat membantu anak-anak belajar bagaimana memperlakukan binatang. Demikian juga, orangtua dapat mengarahkan anak-anak untuk menjauhi perilaku-perilaku yang mengganggu seperti memalak.
Akan tetapi, kalau anak-anak lebih sering bertingkah tidak normal dan lebih intens, dan di luar rumah, perilaku tersebut sudah tidak normal. Dan, ketika anak-anak beranjak besar dan kemungkinan telah lebih mengerti tentang konsekuensi dari perilaku-perilaku mereka, kita dituntut untuk lebih waspada lagi.
Anda harus sangat peduli jika melihat sedikitnya empat perilaku tanda bahaya sering kali muncul dengan intensitas "sedang" sampai tingkatan "mengkhawatirkan". Sangat agresif, kejam, mencuri, dan melakukan pembakaran merupakan tanda-tanda yang mengkhawatirkan. Bantuan seorang ahli jelas sangat dibutuhkan. Seorang ahli dapat mengevaluasi situasi dari faktor psikologis dan biologis serta bekerja sama secara langsung dengan Anda dan anak Anda untuk mengurangi permasalahan yang timbul . Ketika kesulitan-kesulitan yang muncul demikian hebat, obat-obatan dapat membantu, khususnya ketika anak Anda juga memiliki perilaku hiperaktif dan impulsif.

Bagaimana dengan ADHD?
Perilaku sulit dikendalikan sering kali diikuti dengan masalah kekurangan perhatian pada anak-anak yang hiperaktif (Attention Deficit Hyperactivity Disorder—ADHD). ADHD merupakan masalah yang kompleks gabungan dari kurangnya perhatian, terlalu menurutkan kata hati, dan hiperaktif. Penyakit ini disebabkan oleh neuro psikologis dan mungkin disebabkan oleh faktor genetis. Anak-anak yang diketahui menderita ADHD umumnya merupakan anak-anak yang sulit dikendalikan, tetapi tidak semua anak yang sulit dikendalikan mengidap ADHD. Anak-anak dengan ADHD sering kali berhasil ditangani dengan bantuan para ahli dan kadang dengan obat-obatan.
Jika Anda curiga anak Anda memiliki masalah kurangnya perhatian dan kontrol-diri, buku ini dapat membantu, tetapi buku ini saja tidak dapat menjawab semua persoalan yang muncul pada saat kita mengasuh anak seperti ini. Konsultasikan kepada dokter atau ahli kesehatan mental yang dapat menangani anak Anda.

0 komentar: