Tempramen

on Senin, 02 Maret 2009

Para pakar di bidang perkembangan anak percaya bahwa kepribadian kita dipengaruhi oleh faktor-faktor biologis, dan kita terlahir dengan kecenderungan akan perilaku tertentu. Contohnya, beberapa bayi lahir dengan sifat yang sangat aktif dan emosi yang meledak-ledak. Bayi lain cenderung lebih tenang dan kalem. Karena menyadari perbedaan-perbedaan ini semenjak dini, kita menganggap bahwa itu terjadi secara alamiah (faktor bawaan atau biologis lain) bukan hasil asuhan (pengalaman anak-anak). Kata tempera -men sering kali digunakan untuk menggambarkan bermacam-macam sikap yang biasanya ada pada diri kita semenjak dalam kandungan sampai lahir.
Temperamen biasanya memiliki pasang surut, tergantung kondisi yang dihadapi seseorang. Contohnya, orang yang sangat bersemangat dan aktif sering kali menjadi penggerak dan motivator; mereka jago menyelesaikan tugas. Di sisi lain, orang dengan karakter tersebut sulit hidup dengan orang lain karena mereka sering kali merespons secara emosional dan memaksa. Orang yang lebih santai mungkin lebih bisa mendapatkan manfaat karena memiliki hubungan yang lebih tenang dan lancar, tetapi mereka mungkin kurang termotivasi untuk menyelesaikan sendiri tugas yang mereka emban. Kecenderungan pada sikap tertentu bisa jadi memiliki nilai lebih dalam satu tahap tertentu kehidupan seseorang. Contohnya, meskipun mengagumi sifat tegas pada orang dewasa, kita lebih ingin anak-anak memiliki sifat kalem dan pasif.

Akan tetapi, sifat dasar saja tidak bisa dijadikan sandaran akan alasan seseorang bertindak dengan cara tertentu. Kecenderungan alami kita diperkuat atau dilemahkan oleh pengalaman-pengalaman kita. Sepanjang masa kecil dan masa dewasa, temperarnen dan peng-alaman kita secara bersama-sama memengaruhi kepribadian di masa dewasa kita. Ciri-ciri kepribadian ini mencuat dengan sendirinya di dalam pikiran, perasaan, dan tindakan kita dalam berbagai situasi, dan ciri-ciri tersebut sulit untuk diubah.
Beberapa karakteristik membuat kepribadian kita menjadi unik dan memengaruhi temperarnen kita.l Anggaplah beberapa karakteristik ini sebagai
cara berperilaku kita yang paling afami. Kita tidak bersikap begitu terus-menerus, dan kecenderungan pribadi kita juga tidak harus dalam salah satu kategori di sini. Sebagaimana tindakan-tindakan yang lain, tindakan-tindakan ini menjadi satu kesatuan. Inilah 11 karakteristik yang mengilustrasikan aspek-aspek yang berbeda dari temperarnen:

1. Tingkat keaktifan.
Setiap anak lahir dengan tingkat keaktifan yang berbeda. Sebagian anak terlihat tenang, sementara anak-anak yang lain tak bisa diam. Balita yang sangat aktif akan terus bergerak, baik ketika mereka bangun, sedang dimandikan, maupun sedang tidur. Ketika membangunkannya pada pagi hah, Anda bisa menemukan dia tidur di ujung lain tempat tidur. Bayi-bayi yang tidak begitu aktif tidak begitu banyak bergerak. Saat anak-anak menjadi lebih besar, sebagian anak mungkin akan berlari-lari, sementara yang lain duduk tenang untuk waktu yang cukup lama memerhatikan sebuah buku. Di sekolah dasar, anak-anak dengan tingkat aktivitas yang tinggi cenderung memilih permainan yang keras atau kegiatan di luar ruangan. Mereka yang tidak begitu aktif cenderung untuk memilih suasana yang lebih tenang mengikuti kegiatan di dalam ruangan.

2. Ambang rangsangan.
Sebagian anak bere-aksi dengan sangat cepat terhadap rangsangan kecil, sementara anak lain membutuhkan dorongan yang lebih kuat. Anak-anak dengan ambang rangsangan yang rendah bereaksi sangat kuat terhadap peristiwa-peristiwa kecil. Contohnya, seorang anak dengan ambang rasa sakit yang rendah jika terkena pukulan mungkin akan menangis untuk waktu yang cukup lama, bahkan jika pukulan itu tidak berbekas sekalipun. Anak-anak ini mungkin juga lebih sensitif terhadap sinar, suara, dan keramaian. Sedangkan anak dengan ambang sakit yang lebih tinggi, sebaliknya membutuhkan stimulasi lebih banyak lagi agar dapat merespons. Mereka bisa menoleransi rasa sakit yang lebih menusuk, atau menikmati suara keras, sinar terang, dan stimulasi sosial yang keras.
Anak-anak dengan ambang rangsangan yang rendah mungkin juga lebih sensitif dalam menghadapi orang lain. Mereka akan mengetahui jika terjadi sedikit saja perubahan ekspresi, nada suara atau bahasa tubuh seseorang dan mereka akan menyesuaikan sikap. Penghargaan sosial (seperti ucapan, "Terima kasih telah membereskan kamarmu") dan hukuman ringan ("Karena kamu mendorong adik kamu, kamu harus tinggal di kamarmu selama 10 menit") sering kali cukup untuk memperbaiki sikap mereka.
Sebaliknya, anak dengan ambang rangsangan yang tinggi, biasanya membutuhkan masukan langsung sebelum mereka melihat ada sesuatu yang salah. Penghargaan sosial yang lebih kuat (seperti, "Terima kasih banyak ya, telah membereskan
kamarmu" dengan suara yang lebih keras dan ekspresi yang lebih kentara), dengan menyediakan penghargaan yang nyata (seperti stiker atau poin untuk mendapatkan hak yang istimewa) mungkin dibutuhkan. Respons negatif juga perlu disuarakan lebih keras dan tegas, dengan nada suara yang pas. Bagaimanapun perlu diingat, bahwa dengan anak-anak sulit mana pun, hukuman yang terlalu keras, seperti berteriak dan memukul, dapat menciptakan banyak emosi negatif, dan itulah alasan mengapa hukuman keras biasanya tidak efektif dan sering kali membuat masalah menjadi lebih buruk.

3. Intensitas emosional.
Sebagian anak memperlihatkan ekspresi emosional yang lebih kuat dibandingkan dengan anak lain. Anak-anak yang mempunyai intensitas emosional yang tinggi umumnya merasakan dan mengekspresikan emosi dengan kuat. Anak-anak seperti ini bisa menjadi sangat marah ketika harus berhenti bermain. Mereka akan menjadi sangat sangat sedih apabila ikan emasnya mati dan mereka akan sangat senang ketika mereka boleh tidur lebih malam dan menonton tayangan tertentu di televisi. Sebaliknya, anak-anak dengan intensitas emosional yang rendah, tidak hanya bersikap lebih kalem, tetapi juga menjalani hidup dengan lebih santai. Anak-anak ini tidak memperlihatkan perasaannya secara terbuka atau bereaksi secara emosional. Mereka umumnya digambarkan sebagai anak-anak yang relaks,

4. Cara pandang.
Sepertinya ada perbedaan sejak lahir dalam cara pandang seseoranglyaitu apakah anak-anak merespons suatu situasi dengan reaksi yang wajar, cara pandang positif, atau reaksi yang tidak menyenangkan dan lebih negatif. Anak-anak yang memiliki cara pandang negatif lebih dominan akan sering menangis, lebih sering mengeluh, dan lebih marah, bahkan untuk hal-hal yang sedikit menyulitkan. Sebaliknya, anak-anak yang positif, lebih banyak tersenyum, lebih bahagia menjalani hidup, dan lebih santai menghadapi situasi yang tidak menyenangkan. Cara pandang seseorang, baik sebagai orang yang pesimistis maupun optimistis bisa jadi berakar dari karakteristik ini.

5. Keteraturan.
Kita pasti pernah melihat anak-anak yang tampaknya hidup dengan mengikuti jadwal internal yang teratur dan mereka yang hidupnya kurang teratur. Anak-anak yang hidupnya teratur, semenjak kecil, bisa diperkirakan memiliki jam makan, jam tidur yang teratur, dan bahkan kebiasaan-kebiasaan meninggalkan hal-hal yang tak bermanfaat. Anak-anak yang tidak teratur jauh lebih sulit untuk diprediksi. Contohnya, seorang anak bisa jadi sudah siap tidur pada jam yang sama setiap malamnya, sementara saudara perempuannya tidur pada pukul 9 malam pada suatu malam atau pada pukul setengah delapan pada
malam yang lain. Anak yang teratur meminta sarapan, makan siang, makan malam, dan ngemii pada waktu yang sama setiap hah. Anak yang lebih sulit diprediksi bisa jadi menolak sarapan, kemudian makan dengan porsi yang agak banyak pada waktu makan siang, mengeluh lapar satu jam kemudian, dan makan sedikit sekali pada saat makan malam. Kecenderungan temperamental terhadap
keteraturan atau ketidakteraturan bisa jadi berhubungan dengan keterampilan bersikap tertib dan teratur.

6. Rentang konsentrasi.
Anak-anak yang memiliki rentang konsentrasi singkat gampang teralihkan perhatiannya, dan kegiatan yang sedang mereka lakukan bisa dengan mudah terganggu oleh hal-hal kecil lain. Perhatiannya mudah terbagi, baik oleh peristiwa di luar (bunyi klakson di luar jendela) maupun peristiwa di dalam (lamunan terbang ke ruang angkasa). Namun, anak-anak yang memiliki keteguhan, dapat bertahan atau kembali ke aktivitas yang sedang dijalankannya di tengah hambatan yang tampaknya tidak mungkin diatasi. Sebagainya contoh, anak-anak tersebut bisa mengerjakan perkalian, sedangkan di sebelah kamar terdengar suara radio yang sangat keras dan orang-orang sedang berdebat. Jika anak tersebut menyadari gangguan ini, mungkin mereka akan merasa terganggu sebentar saja. Anak tersebut tetap mengerjakan tugasnya dalam jangka waktu yang lama, meskipun tugasnya itu membosankan dan perlu usaha yang keras.
Seperti karakteristik temperamental yang lain, yang memiliki sisi negatif dan positif, demikian juga halnya dengan rentang konsentrasi. Seorang bayi dengan rentang konsentrasi yang lebih pendek dapat dengan mudah dialihkan dari rasa lapar sementara botol susu sedang dipanaskan. Setelah bayi beranjak besar, perhatiannya yang mudah dialihkan ini bisa menjadi kelemahannya: Dia mungkin akan sulit berkonsentrasi mengerjakan pekerjaan rumahnya di ruangan yang berisik. Keteguhan juga dapat menjadi suatu yang positif jika seorang anak tahan mengerjakan tugas yang sulit, seperti menghafal kata-kata untuk ikut dalam perlombaan mengeja. Akan tetapi, ketika seorang anak menolak untuk membuang sampah karena sedang asyik bermain, orang-tua yang frustrasi bisa jadi menyangka bahwa anak tersebut keras kepala.

7. Kemampuan beradaptasi.
Semenjak masa balita, anak-anak memiliki kemampuan beradaptasi yang bervariasi: bagaimana mereka bereaksi ketika bertemu orang baru atau situasi baru. Sebagian anak bisa beradaptasi dengan sangat cepat, sementara yang lain menghindar dan membutuhkan waktu. Sebagian anak agak lambat beradaptasi dengan orang atau situasi baru, dan tidak mudah beradaptasi dengan kondisi seperti itu. Anak-anak yang lain bisa jadi pada awalnya menarik diri, tetapi dapat beradaptasi dalam waktu yang relatif cepat.

8. Ekstrover atau introver.
Semenjak masih kecil, anak-anak sudah mempunyai keragaman sikap dalam hal berhubungan dengan lingkungan. Anak-anak yang ekstrover menikmati saat-saat bersama orang lain | mereka berkembang dengan cepat dalam energi rangsangan sosial dan senang bertemu orang-orang baru. Anak-anak introver cenderung lebih pendiam. Mereka lebih senang bermain sendiri dan lebih memilih kelompok kecil dibandingkan orang banyak.

9. Kepekaan dan intuisi.
Ketika anak-anak mu-lai sekolah, Anda akan melihat bahwa mereka memproses informasi dengan cara yang berlainan. Inilah perbedaan antara kepekaan dan intuisi, sifat-sifat yang mungkin menggambarkan pengalaman mereka selama ini, selain sifat temperamentalnya sejak lahir.2 Orang-orang yang lebih peka lebih memilih informasi tentang segala sesuatu yang ada di sekitar mereka berdasarkan kelima pancaindra mereka. Mereka cenderung menjadi orang yang praktis, orang yang berpegang pada kenyataan dan sangat memerhatikan detail, khususnya jika detail tersebut tidak terlalu rumit. Sebaliknya dengan orang-orang yang intuitif, cenderung menjadi seorang yang idealis dan melibatkan diri dalam pemikiran bagaimana jika. Mereka memerhatikan gambaran secara menyeluruh dan bisa jadi mengabaikan hal-hal yang praktis. Pemikir intuitif bekerja berdasarkan pengetahuan atau rasa berani dari pengalaman yang mereka dapat. 10. Menggunakan pikiran atau perasaan. Setelah memperoleh informasi, anak-anak mengevaluasinya dengan cara yang berbeda-beda. Anak-anak yang tergolong pemikir cenderung membuat keputusan-keputusan berdasarkan benar dan salah, dan apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan. Mereka cenderung mengambil kesimpulan berdasarkan fakta dan tanpa dipengaruhi perasaan. Rasa keadilan dan sportivitas cenderung kuat dan mereka secara alami tidak mementingkan perasaannya sendiri ataupun orang lain dalam mengevaluasi berbagai situasi.
Sebaliknya, anak-anak yang perasa, mengambil keputusan berdasarkan bagaimana efeknya kepada orang lain. Mereka mencari hasil harmonis yang mereka pikir benar. Nilai diri sendiri dan orang lain serta pilihan yang bersifat subjektif sering kali memengaruhi keputusan-keputusan yang diambilnya. Anak-anak ini menempatkan prioritas yang tinggi dalam hal menyenangkan orang lain dan mempertahankan keharmonisan daripada melakukan sesuatu secara kaku.

11. Suka menilai atau pemerhati.
Karakteris-tik ini menitikberatkan pada seberapa besar struktur dan prakiraan yang dibutuhkan seorang anak dalam kehidupannya. Individu yang suka menilai biasanya lebih tertib dan lebih memilih menyelesaikan beragam masalah dalam berbagai situasi. Mereka suka merencanakan jadwal harian dan mengikuti rencana tersebut. Mereka tidak suka kejutan. Anak
dengan tipe pemerhati secara alamiah bersifat spontan dan cenderung mengikuti arus. Anak-anak ini menyukai kejutan dan bisa jadi merasa terkekang dengan adanya jadwal yang telah direncanakan.
sebelumnya baca dulu anak sulit diatur

0 komentar: